Hukum yang seharusnya ditegakkan untuk melindungi rakyat berubah menjadi alat untuk menekan mereka yang berani mengkritik. Ketika fungsi check and balance lumpuh, kita melihat bagaimana demokrasi yang sehat perlahan terkikis.
Erosi Hukum dan Demokrasi: Negara di Ambang Krisis
Dalam situasi ini, rakyat merasakan hilangnya hak mereka untuk didengar, diwakili, dan mendapatkan keadilan. Penindasan sistemik ini melahirkan ketidakpuasan yang semakin meluas di masyarakat, mendorong mereka untuk mencari jalan baru dalam menyuarakan protes dan ketidaksetujuan.
Seperti yang pernah disampaikan Martin Luther King Jr., "Injustice anywhere is a threat to justice everywhere." Ketidakadilan yang dibiarkan di satu titik akan mempengaruhi keseluruhan sistem. Di sinilah kita melihat ancaman nyata terhadap demokrasi kita.
Sistem hukum yang seharusnya menjadi penjaga demokrasi kini menjadi instrumen untuk membungkam oposisi dan rakyat yang kritis. Media, yang berperan sebagai pilar keempat demokrasi, tak lagi bisa sepenuhnya dipercaya karena tekanan politik dan ekonomi yang membuat kebebasannya terancam.
Laporan dari Reporters Without Borders (RSF) menunjukkan penurunan peringkat kebebasan pers di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, mencerminkan bagaimana kebebasan berekspresi kini berada di bawah ancaman serius.
Suara Rakyat Tidak Bisa Dibungkam dengan "Peringatan Darurat"
Namun, di tengah semua keterpurukan ini, rakyat tidak tinggal diam. Media sosial telah menjadi ruang baru untuk bersuara, tempat di mana mereka yang merasa tidak berdaya menemukan kekuatan untuk menyuarakan keprihatinan mereka.
Banner "Peringatan Darurat" menjadi simbol perlawanan damai, tanda bahwa rakyat tidak akan menyerah begitu saja terhadap ketidakadilan. Ini bukan hanya sekadar ekspresi frustrasi, tetapi sebuah seruan untuk bertindak, untuk menyadarkan semua pihak bahwa krisis ini nyata dan membutuhkan perhatian segera.
Gerakan ini mencerminkan kebangkitan masyarakat sipil yang tidak bisa lagi diabaikan. Melalui media sosial, rakyat membangun solidaritas, menyatukan suara, dan menuntut perubahan.
Mereka mungkin tidak memiliki kekuasaan formal, tetapi kekuatan kolektif mereka mulai terasa. Ini adalah bentuk perlawanan yang damai namun kuat, sebuah peringatan bagi mereka yang berkuasa bahwa suara rakyat tidak bisa dibungkam selamanya.
Apa yang Bisa Dilakukan?