Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Peringatan Darurat, Suara Rakyat yang Tidak Bisa Dibungkam

22 Agustus 2024   09:35 Diperbarui: 22 Agustus 2024   09:43 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dengan AI: copilot.microsoft.com, dokumetasi Merza Gamal 

Hukum yang seharusnya ditegakkan untuk melindungi rakyat berubah menjadi alat untuk menekan mereka yang berani mengkritik. Ketika fungsi check and balance lumpuh, kita melihat bagaimana demokrasi yang sehat perlahan terkikis.

Erosi Hukum dan Demokrasi: Negara di Ambang Krisis

Dalam situasi ini, rakyat merasakan hilangnya hak mereka untuk didengar, diwakili, dan mendapatkan keadilan. Penindasan sistemik ini melahirkan ketidakpuasan yang semakin meluas di masyarakat, mendorong mereka untuk mencari jalan baru dalam menyuarakan protes dan ketidaksetujuan.

Seperti yang pernah disampaikan Martin Luther King Jr., "Injustice anywhere is a threat to justice everywhere." Ketidakadilan yang dibiarkan di satu titik akan mempengaruhi keseluruhan sistem. Di sinilah kita melihat ancaman nyata terhadap demokrasi kita.

Sistem hukum yang seharusnya menjadi penjaga demokrasi kini menjadi instrumen untuk membungkam oposisi dan rakyat yang kritis. Media, yang berperan sebagai pilar keempat demokrasi, tak lagi bisa sepenuhnya dipercaya karena tekanan politik dan ekonomi yang membuat kebebasannya terancam.

Laporan dari Reporters Without Borders (RSF) menunjukkan penurunan peringkat kebebasan pers di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, mencerminkan bagaimana kebebasan berekspresi kini berada di bawah ancaman serius.

Suara Rakyat Tidak Bisa Dibungkam dengan "Peringatan Darurat"

Namun, di tengah semua keterpurukan ini, rakyat tidak tinggal diam. Media sosial telah menjadi ruang baru untuk bersuara, tempat di mana mereka yang merasa tidak berdaya menemukan kekuatan untuk menyuarakan keprihatinan mereka.

Banner "Peringatan Darurat" menjadi simbol perlawanan damai, tanda bahwa rakyat tidak akan menyerah begitu saja terhadap ketidakadilan. Ini bukan hanya sekadar ekspresi frustrasi, tetapi sebuah seruan untuk bertindak, untuk menyadarkan semua pihak bahwa krisis ini nyata dan membutuhkan perhatian segera.

Gerakan ini mencerminkan kebangkitan masyarakat sipil yang tidak bisa lagi diabaikan. Melalui media sosial, rakyat membangun solidaritas, menyatukan suara, dan menuntut perubahan.

Mereka mungkin tidak memiliki kekuasaan formal, tetapi kekuatan kolektif mereka mulai terasa. Ini adalah bentuk perlawanan yang damai namun kuat, sebuah peringatan bagi mereka yang berkuasa bahwa suara rakyat tidak bisa dibungkam selamanya.

Apa yang Bisa Dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun