Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengatasi Kesenjangan Peluang dan Meningkatkan Hasil Kesetaraan Tenaga Kerja di Indonesia

7 Agustus 2024   08:30 Diperbarui: 7 Agustus 2024   08:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dengan AI: copilot.microsoft.com, dokumentasi pribadi Merza Gamal

Di era globalisasi dan digitalisasi yang terus berkembang, kesenjangan peluang dan ketidaksetaraan hasil dalam dunia kerja semakin menjadi perhatian. Di tengah tantangan ini, Opportunity@Work muncul sebagai contoh inspiratif. (Sumber: Opportunity@Work: Addressing the opportunity gap and improving workforce equity outcomes, 1 Agustus 2024) 

Organisasi nirlaba ini berkomitmen untuk memperluas akses karier bagi pekerja dengan keterampilan melalui jalur alternatif, bukan hanya berdasarkan gelar sarjana empat tahun.

Opportunity@Work berfokus pada meningkatkan kesetaraan dalam dunia kerja dengan mendukung pekerja yang memiliki keterampilan melalui jalur alternatif (STARs). Organisasi ini bertujuan untuk membuka lebih banyak peluang bagi STARs yang mungkin tidak memiliki gelar sarjana tetapi memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Opportunity@Work didirikan setelah melihat tantangan besar yang dihadapi oleh pekerja tanpa gelar sarjana empat tahun. Pengalaman pendirinya di berbagai sektor menunjukkan bahwa pengangguran jangka panjang dan praktik perekrutan yang kaku sering mengecualikan STARs, menciptakan kesenjangan dalam akses peluang karier.

Organisasi ini bekerja untuk mengubah praktik perekrutan dengan memanfaatkan data, alat visualisasi, dan sumber daya lainnya. Dengan pendekatan ini, Opportunity@Work berusaha menciptakan akses yang lebih adil ke pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi, memungkinkan STARs untuk bersaing secara setara dengan kandidat lainnya.

Opportunity@Work berkolaborasi dengan McKinsey untuk mengembangkan alat perekrutan inklusif dan berbagi penelitian yang memperluas dampak inisiatif ini. Kerjasama ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan solusi praktis bagi perusahaan yang ingin lebih inklusif dalam praktik perekrutan mereka, menciptakan tenaga kerja yang lebih beragam dan inklusif.

Organisasi ini fokus pada Keadilan untuk Kelompok Kurang Terwakili dengan memastikan bahwa STARs dari kelompok minoritas mendapatkan hasil yang adil dalam pasar kerja. Upaya ini menunjukkan bahwa mengatasi kesenjangan peluang bukan hanya tentang membuka akses, tetapi juga tentang memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk sukses.

Namun, kesenjangan peluang juga berhubungan erat dengan isu hukum dan regulasi tenaga kerja. Baru-baru ini, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia menolak permohonan uji materi UU Ketenagakerjaan terkait pasal 35 ayat 1 yang diajukan oleh Leonardo Olefins Hamonangan. Pasal ini dinilai diskriminatif oleh pemohon karena memungkinkan pemberi kerja menentukan syarat rekrutmen yang dianggap menghambat orang, terutama yang berusia di atas 30 tahun, untuk mendapatkan pekerjaan.

Isu ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor dalam perekrutan dan promosi tenaga kerja. Dalam konteks ini, pengakuan keterampilan alternatif menjadi krusial. Pengalaman dan keterampilan seharusnya menjadi fokus utama, bukan sekadar gelar akademik atau usia.

Hal tersebut beralignasi dengan pandangan masyarakat umum bahwa batasan usia tertentu dalam melamar pekerjaan seharusnya tidak relevan. Selama individu telah memasuki usia kerja dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan, mereka berhak mendapatkan kesempatan yang sama.

Gambar diolah dengan AI: copilot.microsoft.com, dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Gambar diolah dengan AI: copilot.microsoft.com, dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Bisakah Diimplementasikan di Indonesia?

Indonesia, dengan keanekaragaman dan tantangan dalam dunia kerjanya, dapat mengambil pelajaran berharga dari inisiatif Opportunity@Work. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kesenjangan peluang dan meningkatkan kesetaraan hasil di pasar tenaga kerja Indonesia:

  • Mengakui Keterampilan Alternatif: Penting untuk mengubah paradigma perekrutan yang terlalu bergantung pada gelar akademik. Pemberi kerja perlu lebih menghargai keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman kerja, pelatihan vokasi, atau kursus online. Ini akan membuka lebih banyak peluang bagi pekerja yang mungkin tidak memiliki akses ke pendidikan formal tetapi memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
  • Peningkatan Pelatihan dan Sertifikasi: Membangun program pelatihan dan sertifikasi yang diakui secara luas oleh industri dapat membantu pekerja menunjukkan keterampilan mereka tanpa memerlukan gelar sarjana. Sertifikasi ini dapat menjadi cara untuk meningkatkan keterampilan dan memastikan pekerja dapat bersaing di pasar tenaga kerja.
  • Kerjasama dengan Sektor Swasta: Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan sangat penting. Perusahaan dapat berperan dalam menyediakan magang, pelatihan kerja, dan bekerja sama dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Ini akan membantu menciptakan tenaga kerja yang siap pakai dan mendukung inklusivitas dalam dunia kerja.
  • Penggunaan Teknologi dan Data: Platform digital dapat memfasilitasi pencocokan antara keterampilan pekerja dan kebutuhan perusahaan. Teknologi ini dapat membantu mengidentifikasi STARs dan menawarkan peluang pelatihan atau pekerjaan yang sesuai.
  • Dukungan Kebijakan Pemerintah: Pemerintah dapat mendukung inisiatif ini dengan kebijakan yang mendorong perekrutan inklusif dan memberikan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan STARs. Selain itu, pemerintah dapat menyediakan program pelatihan keterampilan yang terjangkau dan relevan.
  • Mendukung Kelompok Kurang Terwakili: Fokus khusus perlu diberikan kepada kelompok yang kurang terwakili, seperti perempuan, penyandang disabilitas, atau kelompok minoritas. Program-program khusus dapat membantu mengatasi hambatan yang mereka hadapi dan memastikan hasil yang lebih adil dalam dunia kerja.

Kesimpulan

Mengatasi kesenjangan peluang dan meningkatkan hasil kesetaraan tenaga kerja di Indonesia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Inspirasi dari inisiatif Opportunity@Work menunjukkan bahwa dengan pengakuan keterampilan alternatif, peningkatan pelatihan, dan kerjasama yang kuat, kita dapat menciptakan pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan adil.

Teknologi dan data, dukungan kebijakan pemerintah, serta peningkatan kesadaran akan menjadi kunci dalam mewujudkan tujuan ini. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang inklusif, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan, terlepas dari latar belakang pendidikan mereka.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun