Di era modern ini, Money Dysmorphia Syndrome atau dismorfia uang telah menjadi fenomena yang semakin umum, terutama di kalangan generasi muda. Kondisi ini ditandai dengan pandangan yang tidak realistis terhadap keuangan pribadi, seringkali dipicu oleh perbandingan sosial yang intens melalui media sosial.
Banyak orang merasa bahwa mereka tidak cukup memiliki, bahkan ketika keadaan finansial mereka sebenarnya baik. Salah satu cara yang efektif untuk menghindari perasaan ini adalah dengan mengembangkan rasa syukur yang mendalam.
Makna Syukur dalam Konteks Keuangan
Rasa syukur bukan hanya tentang mengucapkan terima kasih; ia adalah sikap hati yang menghargai apa yang sudah dimiliki. Dalam konteks keuangan, rasa syukur membantu seseorang untuk fokus pada keberkahan yang ada, alih-alih meratapi apa yang belum dimiliki.
Al-Qur'an menekankan pentingnya bersyukur, seperti yang tertuang dalam Surat Ibrahim ayat 7: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." Ayat ini mengingatkan kita bahwa bersyukur dapat membawa lebih banyak nikmat dan kebahagiaan.
Menghargai Hal-Hal Kecil
Terkadang, kita terjebak dalam siklus mengejar hal-hal besar, dan melupakan nikmat kecil yang sebenarnya sangat berarti. Surat An-Nahl ayat 18 mengingatkan kita: "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya."
Menghargai hal-hal kecil, seperti kesehatan, keluarga, atau bahkan makanan sehari-hari, dapat membantu kita merasa lebih puas dan tenang. Dengan mengembangkan kebiasaan ini, kita akan semakin jauh dari jebakan Money Dysmorphia Syndrome yang sering kali didasarkan pada keinginan yang tidak realistis.
Cara Mengembangkan Rasa Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengembangkan rasa syukur memerlukan usaha dan kesadaran. Salah satu cara efektif adalah dengan membuat jurnal syukur, di mana Anda mencatat hal-hal positif yang terjadi setiap hari, sekecil apa pun itu. Ini membantu melatih pikiran untuk fokus pada hal-hal baik dalam hidup.
Selain itu, meluangkan waktu untuk refleksi diri dan meditasi dapat membantu memperdalam rasa syukur Anda. Berbagi kebahagiaan dengan orang lain, baik melalui tindakan kecil maupun bantuan lebih besar, juga dapat memperkuat perasaan syukur dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Salah satu bentuk nyata dari rasa syukur adalah dengan melakukan amal sosial, seperti membantu tetangga dan saudara, bersedekah, serta menyantuni anak yatim. Membantu tetangga dan saudara adalah cerminan nyata dari rasa syukur yang mendalam. Ketika kita dengan tulus memberikan bantuan, baik itu dalam bentuk tenaga, waktu, atau dukungan, kita tidak hanya meringankan beban mereka, tetapi juga memperkaya jiwa kita sendiri.
Bersedekah bukan sekadar tindakan memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan, tetapi juga sebuah pernyataan syukur atas apa yang telah kita miliki. Dalam setiap rupiah yang kita berikan, ada doa dan harapan agar berkah Allah terus melimpah.
Menyantuni anak yatim adalah bentuk amal yang memiliki makna mendalam. Dalam setiap senyum yang tercipta dari wajah mereka, kita menemukan kekuatan rasa syukur yang tidak terhingga. Semua tindakan ini bukan hanya menambah kebahagiaan mereka yang menerima, tetapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya memberi dan berbagi.
Kesimpulan
Dismorfia uang sering kali berasal dari perasaan kurang dan keinginan untuk selalu memiliki lebih. Dengan mengembangkan rasa syukur, kita dapat mengubah pandangan ini menjadi sesuatu yang lebih positif dan produktif. Surat Al-Baqarah ayat 152 mengingatkan kita: "Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."
Ketika kita bersyukur, kita menciptakan ruang untuk kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup kita. Bersyukur bukan hanya tentang mengucapkan terima kasih, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hal-hal tersebut merupakan kunci untuk menjaga keseimbangan emosional dan finansial, serta melindungi diri dari Money Dysmorphia Syndrome. Dengan demikian, kita dapat menikmati hidup yang lebih penuh makna dan berkah, bebas dari perbandingan yang tidak perlu dan tekanan sosial yang tidak realistis.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H