Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hanya Remahan Rengginang di Kaleng Biskuit

30 Juni 2024   06:02 Diperbarui: 5 Juli 2024   23:29 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita mampu mengatasi perasaan rendah diri dan menemukan nilai diri yang sejati, kita juga lebih mungkin merasa bahagia dan puas dengan diri sendiri. Ini tidak berarti kita harus berhenti berambisi atau berusaha untuk menjadi lebih baik.

Sebaliknya, ini adalah tentang menerima diri sepenuhnya, menghargai setiap langkah kecil dalam perjalanan menuju pertumbuhan pribadi, dan mengejar kebahagiaan yang didasari oleh kepuasan dari dalam diri sendiri.

Penerimaan Diri dan Keterimaan

Ungkapan "hanya remahan rengginang" juga mengajak kita untuk mempertimbangkan konsep penerimaan diri dan keterimaan. Bagaimana kita bisa menerima diri kita sendiri dengan segala keunikan dan kelemahan yang dimiliki?

Penerimaan diri bukan berarti kita menyerah pada kekurangan atau tidak berusaha untuk berkembang, tetapi lebih pada mengakui bahwa setiap individu memiliki nilai dan peran yang berarti dalam kehidupan ini.

Ketika kita mampu mengatasi perasaan rendah diri dan menemukan nilai diri yang sejati, kita juga lebih mungkin untuk merasa bahagia dan puas dengan diri sendiri.

Kesimpulan: Mencari Makna dalam Sederhana

Ungkapan "hanya remahan rengginang di kaleng Khong Guan" mengajak kita untuk memandang diri kita sendiri dengan lebih lembut dan penuh penghargaan.

Setiap individu memiliki nilai yang tak ternilai, dan masing-masing dari kita memiliki peran yang berarti dalam masyarakat dan kehidupan ini.

Dengan melakukan refleksi yang mendalam tentang nilai diri dan menghadapi perasaan rendah diri dengan bijaksana, kita dapat membangun kebahagiaan dan kepuasan yang lebih dalam dalam kehidupan ini.

Semoga dengan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai diri, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan diri sendiri dan orang lain, serta mengembangkan potensi penuh kita sebagai individu yang unik dan berharga.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun