Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hanya Remahan Rengginang di Kaleng Biskuit

30 Juni 2024   06:02 Diperbarui: 30 Juni 2024   06:06 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Kompasianer, pernahkah Anda mendengar seseorang mengatakan "Apalah saya, Hanya Remahan Rengginang di Kaleng Khong Guan" dalam Kehidupan Sehari-hari?

Ungkapan "hanya remahan rengginang di kaleng Khong Guan" sering digunakan sebagai metafora untuk menyampaikan perasaan merendah diri atau merasa tidak berarti di tengah kehebatan orang lain di sekitar kita.

Meskipun sederhana, ungkapan ini memiliki makna yang dalam tentang nilai diri, penerimaan diri, dan bagaimana kita melihat peran serta tempat kita dalam kehidupan ini.

Arti Simbolis "Remahan Rengginang"

Rengginang adalah kudapan sejenis kerupuk tebal terbuat dari beras ketan berbentuk bulat yang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas matahari, lalu digoreng panas dalam minyak goreng. Sementara itu, remahan rengginang adalah serpihan yang tersisa setelah rengginang diambil dari wadahnya dan dimakan.

Sedangkan, kaleng Khong Guan dikenal dengan biskuitnya yang utuh dan digemari semua kalangan. Dengan demikian, remahan rengginang dalam kaleng Khong Guan sering kali dianggap sebagai bagian yang tidak berharga atau tidak penting.

Dalam kehidupan nyata, ungkapan ini mencerminkan perasaan seseorang yang merasa kecil atau tidak berarti di antara individu-individu yang dianggap lebih sukses, berpengaruh, atau dihormati dalam masyarakat.

Refleksi Tentang Nilai Diri

Ungkapan ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita melihat diri sendiri. Apakah kita sering merasa seperti "hanya remahan rengginang"? Apakah kita mampu melihat nilai unik dan pentingnya peran kita, sekecil apa pun itu dalam skala yang lebih besar?

Ini bukan hanya tentang perasaan merendah diri, tetapi juga tentang kesadaran akan nilai dan potensi yang kita miliki sebagai individu.

Dalam kehidupan yang serba kompetitif dan dinamis, seringkali kita cenderung membandingkan diri dengan orang lain atau mengukur nilai diri berdasarkan kesuksesan atau perhatian yang diperoleh dari lingkungan sekitar.

Namun demikian, pada kenyataannya, setiap individu memiliki nilai yang unik dan penting, bahkan jika terasa kecil atau tidak diakui secara luas. Menemukan cara untuk menghargai nilai ini adalah langkah pertama menuju penerimaan diri yang lebih baik dan kepuasan pribadi.

Menemukan Nilai Unik

Seringkali kita merasa seperti "hanya remahan rengginang" ketika kita tidak merasa cukup dihargai atau diakui. Namun, penting untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki nilai unik yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Meskipun peran kita mungkin tidak sebesar atau sepopuler orang lain, kontribusi kecil yang kita berikan dapat memiliki dampak yang signifikan dalam lingkungan tempat kita berada. Kemampuan untuk melihat dan menghargai nilai ini adalah langkah pertama menuju penerimaan diri yang lebih baik dan kepuasan pribadi.

Menghadapi Perasaan Rendah Diri

Menghadapi perasaan rendah diri merupakan tantangan yang nyata bagi banyak orang. Terkadang, kita mungkin merasa tidak cukup baik atau tidak pantas mendapatkan penghargaan atau kesuksesan yang sama dengan orang lain.

Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa nilai diri tidak seharusnya tergantung pada bagaimana kita dibandingkan dengan orang lain. Sebaliknya, fokusnya seharusnya pada pengembangan diri secara pribadi, mengenali dan memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta memberikan kontribusi yang bermakna sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.

Membangun Kebahagiaan Internal

Ketika kita mampu mengatasi perasaan rendah diri dan menemukan nilai diri yang sejati, kita juga lebih mungkin merasa bahagia dan puas dengan diri sendiri. Ini tidak berarti kita harus berhenti berambisi atau berusaha untuk menjadi lebih baik.

Sebaliknya, ini adalah tentang menerima diri sepenuhnya, menghargai setiap langkah kecil dalam perjalanan menuju pertumbuhan pribadi, dan mengejar kebahagiaan yang didasari oleh kepuasan dari dalam diri sendiri.

Penerimaan Diri dan Keterimaan

Ungkapan "hanya remahan rengginang" juga mengajak kita untuk mempertimbangkan konsep penerimaan diri dan keterimaan. Bagaimana kita bisa menerima diri kita sendiri dengan segala keunikan dan kelemahan yang dimiliki?

Penerimaan diri bukan berarti kita menyerah pada kekurangan atau tidak berusaha untuk berkembang, tetapi lebih pada mengakui bahwa setiap individu memiliki nilai dan peran yang berarti dalam kehidupan ini.

Ketika kita mampu mengatasi perasaan rendah diri dan menemukan nilai diri yang sejati, kita juga lebih mungkin untuk merasa bahagia dan puas dengan diri sendiri.

Kesimpulan: Mencari Makna dalam Sederhana

Ungkapan "hanya remahan rengginang di kaleng Khong Guan" mengajak kita untuk memandang diri kita sendiri dengan lebih lembut dan penuh penghargaan. Setiap individu memiliki nilai yang tak ternilai, dan masing-masing dari kita memiliki peran yang berarti dalam masyarakat dan kehidupan ini.

Dengan melakukan refleksi yang mendalam tentang nilai diri dan menghadapi perasaan rendah diri dengan bijaksana, kita dapat membangun kebahagiaan dan kepuasan yang lebih dalam dalam kehidupan ini.

Semoga dengan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai diri, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan diri sendiri dan orang lain, serta mengembangkan potensi penuh kita sebagai individu yang unik dan berharga.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun