Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Admin Kompasiana dan Humanisme Pendiri Kompas Gramedia P.K. Ojong dan Jakob Oetama

21 Juni 2024   17:44 Diperbarui: 21 Juni 2024   17:56 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompas Gramedia Group, yang kita kenal sekarang sebagai salah satu raksasa media dan bisnis terbesar di Indonesia, berdiri berkat kerja keras dan visi dari dua legenda jurnalis: P.K. Ojong dan Jakob Oetama. Didirikan pada tanggal 17 Agustus 1963 dengan terbitnya Majalah Intisari, Kompas Gramedia telah berkembang menjadi perusahaan multi-industri yang memiliki dampak besar terhadap pencerdasan bangsa Indonesia.

P.K. Ojong dan Jakob Oetama adalah dua sosok rendah hati yang mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme dalam setiap langkah mereka. Mereka tidak hanya melihat bisnis sebagai sarana untuk mencari keuntungan, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

P.K. Ojong, yang wafat pada 31 Mei 1980 dengan buku di sampingnya, adalah simbol dedikasi pada literasi dan pendidikan. Jakob Oetama, yang melanjutkan kepemimpinan setelah kepergian Ojong, dikenal sebagai wartawan sejati yang tetap memegang teguh nilai-nilai kesederhanaan dan humanisme hingga akhir hayatnya pada 9 September 2020.

Tantangan Modern: Menjaga Nilai di Era Digital

Di era digital ini, tantangan untuk menjaga nilai-nilai luhur seperti yang diajarkan oleh Ojong dan Oetama semakin besar. Ada contoh kasus di mana seorang Admin dari unit kecil di Kompas Gramedia menyombongkan diri dengan menyamakan dirinya dengan Mark Zuckerberg, dan merasa terlalu tinggi untuk menanggapi keluhan para kontributor di sebuah media blog di bawah Kompas Gramedia Group. Sikap ini jelas bertentangan dengan semangat dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh pendiri Kompas Gramedia.

Jika P.K. Ojong dan Jakob Oetama mendengar atau membaca perilaku sombong dan kurang humanis ini, tentu mereka akan merasa sangat sedih. Sikap semacam ini mencerminkan penyimpangan dari nilai-nilai integritas dan humanisme yang mereka perjuangkan selama hidup mereka.


Meskipun ada individu yang mungkin menyimpang dari nilai-nilai ini, harapan besar tetap ada pada generasi penerus Kompas Gramedia untuk menjaga dan meneruskan warisan yang telah dibangun dengan susah payah oleh Ojong dan Oetama. Setiap insan di Kompas Gramedia perlu terus berusaha untuk meneladani semangat juang serta nilai-nilai luhur yang diwariskan.

Semoga kejadian seperti yang dilakukan oleh Admin muda tersebut adalah pengecualian dan tidak mencerminkan keseluruhan dari Kompas Gramedia. Dengan memahami dan meneladani semangat juang serta nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama, setiap individu di Kompas Gramedia dapat terus berkontribusi positif dalam pembangunan Indonesia, serta menjaga warisan berharga yang telah dibangun oleh para pendirinya.

Humanisme sebagai Fondasi Utama

Andaikan para pengelola Kompasiana dan unit-unit lain di bawah Kompas Gramedia memiliki humanisme seperti yang dicontohkan oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama, perusahaan ini akan terus menjadi teladan dalam dunia media dan bisnis.

Nilai-nilai humanisme, integritas, dan kejujuran yang dipegang teguh oleh para pendiri Kompas Gramedia harus menjadi fondasi yang tidak tergoyahkan di tengah perkembangan zaman dan teknologi.

P.K. Ojong dan Jakob Oetama mengajarkan bahwa setiap individu layak dihargai. Mereka menciptakan lingkungan yang inklusif dan penuh empati, di mana setiap orang merasa dihormati dan dihargai.

Para pengelola Kompasiana harus meneladani sikap ini dengan mendengarkan dan menanggapi setiap keluhan atau masukan dari para kontributor dan pembaca dengan rasa hormat dan keterbukaan. Sikap merendahkan atau mengabaikan suara-suara ini tidak hanya merusak reputasi tetapi juga mengkhianati nilai-nilai dasar yang ditanamkan oleh Ojong dan Oetama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun