Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Morgan Stanley Menurunkan Peringkat Saham Indonesia Menjadi Underweight: Peluang atau Ancaman?

14 Juni 2024   07:09 Diperbarui: 14 Juni 2024   07:13 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Morgan Stanley baru-baru ini menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi "underweight". Langkah ini mencerminkan kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar AS, yang dinilai membawa risiko terhadap investasi saham di negara tersebut.

Dalam catatan yang ditulis oleh para ahli strategi, termasuk Daniel Blake, pada 10 Juni 2024, mereka menyatakan adanya ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan. Mereka juga mencatat kelemahan di pasar valuta asing (valas) di tengah tingginya suku bunga AS dan prospek dolar AS yang kuat.

Salah satu faktor yang menimbulkan kekhawatiran adalah janji kampanye Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto. Beberapa janji kampanyenya, seperti penyediaan makan siang dan susu gratis untuk pelajar, dianggap dapat menyebabkan "beban fiskal yang besar" bagi negara. Selain itu, prospek pendapatan Indonesia juga diperkirakan memburuk.

Penurunan peringkat ini terjadi ketika dolar AS mulai menunjukkan tren yang lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada 12 Juni dan keputusan Bank Indonesia pada minggu berikutnya. Penguatan dolar AS dan suku bunga yang tinggi di Amerika Serikat cenderung memberikan tekanan pada mata uang dan pasar saham di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Secara keseluruhan, pandangan Morgan Stanley ini menyoroti risiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh investor di pasar saham Indonesia dalam waktu dekat, seiring dengan perkembangan kebijakan fiskal dan kondisi ekonomi global yang berfluktuasi.

Dampak Langsung pada IHSG

Pada hari Rabu, 12 Juni 2014, setelah pengumuman oleh Morgan Stanley tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) turun 0,08 persen, berakhir pada level 6.850,09.

Perdagangan hari itu menunjukkan 141 saham menguat, 418 saham melemah, dan 224 saham stagnan, dengan total volume perdagangan mencapai 19,52 miliar lembar saham senilai Rp 10,17 triliun (US$ 627,49 juta).

Penurunan ini tidak hanya mempengaruhi indeks utama tetapi juga menyebabkan tekanan pada sektor-sektor tertentu. Hanya sektor infrastruktur yang mencatat kenaikan sebesar 0,21 persen, sementara 10 sektor lainnya jatuh ke zona merah.

Sektor teknologi, transportasi, dan bahan baku mengalami penurunan paling dalam masing-masing sebesar 2,24 persen, 1,73 persen, dan 1,04 persen.

Sejarah dan Dampak Rekomendasi "Underweight"

Sejarah mencatat bahwa penurunan rekomendasi oleh Morgan Stanley bukan pertama kali terjadi. Pada Juli 2013, Morgan Stanley juga menurunkan rekomendasi pasar saham Indonesia dari "equal weight" menjadi "underweight".

Penurunan ini terjadi setelah Federal Reserve mulai mengetatkan kebijakan moneter pertama kalinya pasca krisis 2008 dengan melakukan tapering off. Saat itu, World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,9 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 6,2 persen.

Tingkat inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga BBM subsidi juga menyebabkan Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.

Penurunan rekomendasi pada 2013 menyebabkan IHSG bergejolak sejak pertengahan Mei, dengan penurunan sebesar 24 persen dari Mei hingga Agustus. Tekanan net sell asing mencapai sekitar Rp 5 triliun dalam periode tersebut. Namun, setelah penurunan tajam ini, IHSG berhasil pulih dan melampaui level tertinggi pada Mei 2013 dalam waktu setahun.

Pandangan ke Depan: Peluang di Tengah Penurunan

Meskipun penurunan rekomendasi ini dapat menyebabkan volatilitas jangka pendek, ini juga bisa menjadi peluang bagi investor yang masih memiliki dana tunai untuk mencari saham dengan fundamental bagus yang harganya menjadi lebih murah dalam 1-2 bulan ke depan. Berikut beberapa strategi dan pertimbangan yang dapat diambil oleh para investor dalam menghadapi situasi ini:

  1. Strategi Berburu Saham Murah
    • Identifikasi Saham Fundamentally Strong: Fokus pada saham-saham yang memiliki fundamental kuat seperti pertumbuhan pendapatan yang konsisten, manajemen yang baik, dan prospek bisnis yang menjanjikan. Saham-saham yang termasuk dalam indeks MSCI seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, dan ASII dapat menjadi pilihan yang menarik karena mereka memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas yang baik.
    • Pantau Pergerakan Harga: Amati penurunan harga saham selama periode rekomendasi "underweight". Saat harga saham turun tajam, ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli saham di harga diskon. Gunakan analisis teknikal untuk menentukan titik masuk yang optimal.
    • Diversifikasi Portofolio: Jangan menempatkan semua dana ke dalam satu saham. Diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko. Pilih saham dari berbagai sektor untuk menjaga keseimbangan dan mengurangi dampak negatif dari fluktuasi sektor tertentu.
  2. Pertimbangan Makroekonomi
    • Kebijakan Suku Bunga: Perhatikan arah kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia. Jika ada tanda-tanda penurunan suku bunga, pasar saham biasanya merespons positif karena biaya pinjaman menjadi lebih murah dan aktivitas ekonomi bisa meningkat. Perkembangan kebijakan suku bunga Federal Reserve juga penting, karena dapat mempengaruhi arus modal global dan nilai tukar rupiah.
    • Kebijakan Pemerintah: Amati kebijakan fiskal pemerintah, terutama program makan siang gratis yang dijanjikan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Jika pemerintah dapat memberikan gambaran yang jelas dan memastikan bahwa program ini tidak membebani APBN terlalu besar, sentimen pasar bisa membaik. Kejelasan dan stabilitas kebijakan ekonomi secara umum akan memberikan kepercayaan kepada investor.

Kesimpulan

Penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley menjadi "underweight" memang memberikan tantangan, tetapi juga menciptakan peluang bagi investor cerdik.

Dengan analisis yang mendalam dan strategi investasi yang bijak, investor dapat memanfaatkan situasi ini untuk membeli saham-saham berkualitas dengan harga lebih murah. Penting untuk tetap tenang, mengikuti perkembangan kebijakan ekonomi, dan membuat keputusan investasi berdasarkan data terbaru.

Siap untuk berburu saham murah di tengah rekomendasi "underweight" dari Morgan Stanley?

Jika iya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai menyusun strategi dan rencana investasi Anda. Dalam investasi, seperti dalam banyak hal lainnya, krisis dapat membuka jalan bagi peluang yang besar.

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat...

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun