Penurunan ini terjadi setelah Federal Reserve mulai mengetatkan kebijakan moneter pertama kalinya pasca krisis 2008 dengan melakukan tapering off. Saat itu, World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,9 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 6,2 persen.
Tingkat inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga BBM subsidi juga menyebabkan Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.
Penurunan rekomendasi pada 2013 menyebabkan IHSG bergejolak sejak pertengahan Mei, dengan penurunan sebesar 24 persen dari Mei hingga Agustus. Tekanan net sell asing mencapai sekitar Rp 5 triliun dalam periode tersebut. Namun, setelah penurunan tajam ini, IHSG berhasil pulih dan melampaui level tertinggi pada Mei 2013 dalam waktu setahun.
Pandangan ke Depan: Peluang di Tengah Penurunan
Meskipun penurunan rekomendasi ini dapat menyebabkan volatilitas jangka pendek, ini juga bisa menjadi peluang bagi investor yang masih memiliki dana tunai untuk mencari saham dengan fundamental bagus yang harganya menjadi lebih murah dalam 1-2 bulan ke depan. Berikut beberapa strategi dan pertimbangan yang dapat diambil oleh para investor dalam menghadapi situasi ini:
- Strategi Berburu Saham Murah
- Identifikasi Saham Fundamentally Strong:Â Fokus pada saham-saham yang memiliki fundamental kuat seperti pertumbuhan pendapatan yang konsisten, manajemen yang baik, dan prospek bisnis yang menjanjikan. Saham-saham yang termasuk dalam indeks MSCI seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, dan ASII dapat menjadi pilihan yang menarik karena mereka memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas yang baik.
- Pantau Pergerakan Harga:Â Amati penurunan harga saham selama periode rekomendasi "underweight". Saat harga saham turun tajam, ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli saham di harga diskon. Gunakan analisis teknikal untuk menentukan titik masuk yang optimal.
- Diversifikasi Portofolio:Â Jangan menempatkan semua dana ke dalam satu saham. Diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko. Pilih saham dari berbagai sektor untuk menjaga keseimbangan dan mengurangi dampak negatif dari fluktuasi sektor tertentu.
- Pertimbangan Makroekonomi
- Kebijakan Suku Bunga: Perhatikan arah kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia. Jika ada tanda-tanda penurunan suku bunga, pasar saham biasanya merespons positif karena biaya pinjaman menjadi lebih murah dan aktivitas ekonomi bisa meningkat. Perkembangan kebijakan suku bunga Federal Reserve juga penting, karena dapat mempengaruhi arus modal global dan nilai tukar rupiah.
- Kebijakan Pemerintah:Â Amati kebijakan fiskal pemerintah, terutama program makan siang gratis yang dijanjikan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Jika pemerintah dapat memberikan gambaran yang jelas dan memastikan bahwa program ini tidak membebani APBN terlalu besar, sentimen pasar bisa membaik. Kejelasan dan stabilitas kebijakan ekonomi secara umum akan memberikan kepercayaan kepada investor.
Kesimpulan
Penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley menjadi "underweight" memang memberikan tantangan, tetapi juga menciptakan peluang bagi investor cerdik.
Dengan analisis yang mendalam dan strategi investasi yang bijak, investor dapat memanfaatkan situasi ini untuk membeli saham-saham berkualitas dengan harga lebih murah. Penting untuk tetap tenang, mengikuti perkembangan kebijakan ekonomi, dan membuat keputusan investasi berdasarkan data terbaru.
Siap untuk berburu saham murah di tengah rekomendasi "underweight" dari Morgan Stanley?
Jika iya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai menyusun strategi dan rencana investasi Anda. Dalam investasi, seperti dalam banyak hal lainnya, krisis dapat membuka jalan bagi peluang yang besar.
Terus Semangat!!!
Tetap Semangat...
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)