Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Napak Tilas Sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia: Pendidikan, Persatuan, dan Perjuangan Melawan Kolonialisme

20 Mei 2024   16:41 Diperbarui: 20 Mei 2024   17:29 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merupakan simbol perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan. Momen ini mengingatkan kita pada peran penting para tokoh pergerakan nasional yang berjuang dengan gagah berani dan penuh dedikasi.

Di antara para tokoh pergerakan nasional tersebut, Dokter Wahidin Soedirohoesodo, Kyai Haji Ahmad Dahlan, KH Samanhudi, Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dan Dokter Soetomo memberikan kontribusi signifikan dalam membangun fondasi kebangkitan nasional melalui berbagai cara.

Perjuangan mereka tidak hanya terfokus pada aspek fisik melawan kolonialisme, tetapi juga pada pendidikan, kesehatan, dan kesadaran nasional.

Dokter Wahidin Soedirohoesodo: Pendidikan sebagai Kunci Kebangkitan

Dokter Wahidin Soedirohoesodo lahir pada 7 Januari 1852 di Mlati, Sleman, Yogyakarta. Sebagai seorang dokter yang berpendidikan di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), Wahidin memahami bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme.

Dokter Wahidin menggagas program "studiefonds" yang bertujuan menggalang dana untuk memberikan beasiswa kepada siswa pribumi berbakat yang kurang mampu. Dalam upayanya, Wahidin berkeliling Jawa untuk menyebarkan pentingnya pendidikan dan mengumpulkan dana dari berbagai lapisan masyarakat.

Gagasan dan usaha Wahidin ini menjadi cikal bakal berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908, organisasi pertama yang berfokus pada peningkatan pendidikan dan kesejahteraan rakyat pribumi. Boedi Oetomo menjadi simbol awal kebangkitan nasional yang mendorong semangat persatuan dan kesadaran nasional di kalangan masyarakat Indonesia.

Kyai Haji Ahmad Dahlan: Modernisasi Pendidikan dan Reformasi Islam

Kyai Haji Ahmad Dahlan, lahir pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta, adalah seorang ulama yang mendalami ilmu agama di pesantren dan di Mekkah. Dahlan memiliki visi untuk memodernisasi pendidikan Islam dan meningkatkan kesejahteraan umat.

Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang bertujuan memperbarui ajaran Islam serta mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum dalam sistem pendidikan. Muhammadiyah berfokus pada pembaruan pendidikan, yang tidak hanya mendidik anak-anak dalam pengetahuan agama tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia modern.

Selain itu, Muhammadiyah juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, yang semakin memperkuat peran pendidikan dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Melalui gerakan ini, Dahlan berusaha membangkitkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan kesejahteraan umat sebagai bagian dari perjuangan melawan penjajahan.

KH Samanhudi: Membangkitkan Semangat Ekonomi Pribumi

KH Samanhudi, lahir pada 8 Oktober 1868 di Laweyan, Surakarta, adalah seorang pedagang batik yang mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911. SDI awalnya bertujuan untuk melindungi pedagang-pedagang pribumi dari persaingan tidak sehat dengan pedagang asing, khususnya Tionghoa.

Namun kemudian, organisasi ini dengan cepat berkembang menjadi sebuah gerakan yang lebih luas dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat pribumi. KH Samanhudi menyadari pentingnya persatuan di antara pedagang pribumi untuk melawan dominasi ekonomi kolonial.

SDI kemudian bertransformasi menjadi Sarekat Islam (SI) di bawah kepemimpinan Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto, yang memperluas cakupan perjuangan organisasi ini dari ekonomi ke politik dan sosial.

Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto: Persatuan dalam Perjuangan Politik

Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto, yang lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur, adalah pemimpin utama Sarekat Islam (SI). Berpendidikan di OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) Magelang, Tjokroaminoto menjadi salah satu tokoh kunci dalam pergerakan nasional.

Di bawah kepemimpinannya, SI berkembang menjadi kekuatan politik yang besar, yang mengadvokasi hak-hak buruh dan petani serta menentang kolonialisme Belanda. Tjokroaminoto juga dikenal sebagai guru dan inspirator bagi banyak tokoh pergerakan nasional lainnya, termasuk Soekarno, yang kelak menjadi Presiden Indonesia pertama.

HOS Tjokroaminoto berusaha mempersatukan berbagai kelompok pergerakan nasional untuk melawan penjajahan secara bersama-sama, menekankan pentingnya persatuan dalam menghadapi kekuatan kolonial.

Dr. Soetomo: Memperkuat Gerakan melalui Pendidikan dan Kesehatan

Dr. Soetomo, lahir pada 30 Juli 1888 di Nganjuk, Jawa Timur, adalah salah satu pendiri Boedi Oetomo bersama Dokter Wahidin. Pendidikan kedokteran yang ditempuhnya di STOVIA memberinya wawasan tentang pentingnya kesehatan dan pendidikan dalam membangun bangsa.

Setelah Boedi Oetomo, Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924, yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik di kalangan intelektual. Melalui Indonesische Studie Club, Soetomo berusaha membangun kesadaran nasional dan memperkuat semangat persatuan di kalangan masyarakat Indonesia.

Dokter Soetomo percaya bahwa kemajuan bangsa hanya bisa dicapai melalui peningkatan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang baik. Soetomo juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan, menunjukkan bahwa perjuangan melawan penjajahan tidak hanya dilakukan melalui perlawanan fisik tetapi juga melalui peningkatan kualitas hidup rakyat.

Benang Merah Perjuangan: Pendidikan, Ekonomi, Persatuan, dan Kesadaran Nasional

Perjuangan kelima tokoh ini memiliki benang merah yang jelas: mereka semua menyadari bahwa pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan persatuan adalah kunci untuk membangkitkan kesadaran nasional dan melawan kolonialisme.

Dokter Wahidin dan Dr. Soetomo menekankan pentingnya pendidikan dan kesehatan sebagai fondasi kebangkitan bangsa. Kyai Haji Ahmad Dahlan berjuang melalui reformasi pendidikan Islam, menggabungkan nilai-nilai agama dengan ilmu pengetahuan modern. KH Samanhudi menginisiasi kebangkitan ekonomi pribumi melalui SDI, yang kemudian menjadi Sarekat Islam di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto, yang memperjuangkan hak-hak sosial dan politik.

Kelima tokoh ini menunjukkan bahwa perjuangan melawan kolonialisme tidak hanya melalui perlawanan fisik, tetapi juga melalui upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesadaran masyarakat. Mereka menginspirasi generasi selanjutnya untuk terus memperjuangkan keadilan, pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hari Kebangkitan Nasional bukan hanya sebuah peringatan sejarah, tetapi juga pengingat bagi kita semua, terutama generasi muda, untuk tidak melupakan akar perjuangan bangsa dan terus melanjutkan semangat para pendahulu demi tercapainya Indonesia yang lebih maju, adil, dan sejahtera.

Hari Kebangkitan Nasional, yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, merupakan pengakuan resmi atas perjuangan panjang dan kompleks untuk mencapai kemerdekaan. Tanggal ini dipilih karena pada 20 Mei 1908, Boedi Oetomo didirikan, menandai awal kebangkitan nasionalisme modern di Indonesia. Hari ini mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan persatuan dalam perjuangan melawan kolonialisme.

Dengan memahami perjalanan sejarah ini, kita dapat menghargai betapa pentingnya persatuan dan kerja keras dalam mencapai cita-cita kemerdekaan dan kemajuan bangsa.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun