Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seberapa Dalam Kita Memahami Peringatan Hari Kartini sebagai Perayaan Perjuangan Emansipasi Perempuan Indonesia?

21 April 2024   20:25 Diperbarui: 22 April 2024   07:41 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Sejak masa kecil saya, peringatan Hari Kartini seringkali diidentikkan dengan momen mengenakan kebaya dan mengadakan berbagai lomba kewanitaan di sekolah maupun kantor. Bahkan, tidak jarang terdapat lomba masak yang melibatkan partisipasi para bapak.

Namun, disayangkan bahwa semangat peringatan tersebut sering kali jauh dari esensi yang sebenarnya, yakni perjuangan dan idealisme yang diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini.

Banyak dari kita, bahkan di antara para perempuan yang turut serta dalam merayakan Hari Kartini, belum sepenuhnya mengenal sosok Kartini dan makna sebenarnya dari perjuangannya. Kartini, yang meninggalkan dunia dalam usia yang begitu muda, hanya 25 tahun, telah meninggalkan warisan berharga dalam perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia.

Kebanyakan orang hanya tahu Kartini dikenal karena Buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang merupakan kumpulan surat-surat beliau kepada sahabat-sahabatnya di Belanda.

Pertanyaan mendasar muncul: Apakah para wanita yang memperingati Hari Kartini benar-benar memahami perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia? Apakah mereka memahami sepenuhnya apa yang dihadapi oleh wanita Indonesia lainnya selama dan setelah masa Kartini?

Tidak dapat disangkal bahwa Kartini telah memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan akses pendidikan. Namun, apakah peran dan kontribusinya sebanding dengan tokoh-tokoh lain yang mungkin kurang dikenal, tetapi memiliki dampak yang sama pentingnya dalam perjuangan emansipasi perempuan?

Misalnya, sejumlah tokoh perempuan lainnya seperti Dewi Sartika, Laksamana Hayati, atau Cut Nyak Dien mungkin tidak sepopuler Kartini, tetapi mereka juga merupakan bagian integral dari sejarah perjuangan emansipasi perempuan Indonesia. Mereka terlibat dalam berbagai bentuk perjuangan, dari memperjuangkan hak pendidikan hingga berjuang di medan perang untuk kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, pemahaman tentang perjuangan Kartini juga sering kali terbatas pada narasi yang dihasilkan oleh surat-suratnya kepada sahabat-sahabat Belanda. Namun, sedikit yang menyadari bahwa Kartini juga memiliki dampak yang signifikan dalam mendorong terjemahan Al Quran ke dalam Bahasa Jawa oleh Kiai Sholeh.

Dengan demikian, pertanyaan tentang apakah perayaan Hari Kartini mencerminkan sepenuhnya perjuangan emansipasi perempuan Indonesia menjadi semakin relevan. Apakah peringatan ini hanya sebatas perayaan kebudayaan yang tradisional, ataukah mencerminkan penghargaan yang mendalam terhadap perjuangan perempuan Indonesia untuk kesetaraan dan keadilan?

Peringatan Hari Kartini seharusnya menjadi momen untuk mengenang dan mengapresiasi perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan memperjuangkan pendidikan bagi mereka. Namun, sering kali peringatan tersebut hanya menjadi rutinitas seremonial yang kehilangan substansi dari pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh Kartini.

Untuk mengembalikan makna sejati dari peringatan Hari Kartini, penting bagi kita semua untuk lebih mendalami dan memahami perjuangan dan visi Kartini. Selain itu, kita juga perlu mengenalkan Kartini secara lebih luas kepada masyarakat, terutama generasi muda, sehingga mereka dapat mengapresiasi warisan dan nilai-nilai yang ditinggalkan oleh salah satu pahlawan emansipasi perempuan Indonesia ini.

Kritik terhadap peringatan Hari Kartini dan pemilihan Kartini sebagai simbol emansipasi perempuan memang pernah timbul, terutama setelah era Orde Baru di Indonesia. Beberapa argumen yang sering muncul antara lain:

  • Kartini sebagai Simbol yang Tidak Mewakili Semua: Kritikus menyoroti bahwa Kartini, meskipun merupakan tokoh penting dalam perjuangan emansipasi perempuan, tidak mewakili semua aspek perjuangan perempuan di Indonesia. Ada banyak pejuang perempuan lain yang berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk di medan perang, dalam perjuangan politik, dan dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan. Oleh karena itu, memilih Kartini saja sebagai simbol emansipasi perempuan dianggap tidak adil bagi kontribusi beragam perempuan lainnya.
  • Kartini dari Kelas Sosial yang Berbeda: Kritik juga muncul karena latar belakang Kartini yang berasal dari kalangan bangsawan Jawa, sehingga mungkin sulit bagi banyak perempuan Indonesia pada masa itu untuk mengidentifikasi diri dengan Kartini. Hal ini memunculkan pertanyaan apakah Kartini benar-benar mewakili aspirasi dan perjuangan semua perempuan Indonesia, terutama mereka yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda.
  • Minimnya Representasi Terhadap Pejuang Perempuan Lain: Selama periode tertentu dalam sejarah Indonesia, ada minimnya representasi terhadap pejuang perempuan lain selain Kartini dalam narasi sejarah resmi. Hal ini dapat mengaburkan kontribusi dan peran penting perempuan lain dalam sejarah Indonesia. Pejuang-pejuang seperti Laksamana Hayati, Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahuhu, HR Rasuna Said, dan Dewi Sartika, yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan kemerdekaan Indonesia, sering kali tidak mendapatkan pengakuan yang sebanding dengan Kartini.

Oleh karena itu, kritik ini menyoroti perlunya mengakui kontribusi dan perjuangan beragam perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak mereka dan kemerdekaan bangsa. Banyaknya pejuang perempuan yang berperan dalam sejarah Indonesia menunjukkan pentingnya menggali lebih dalam dan memberikan apresiasi yang setara terhadap semua kontribusi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun