Dalam konteks keagamaan, tradisi Hari Rayo Anam memberikan kesempatan bagi umat untuk berziarah dan berdoa bagi para leluhur yang telah meninggalkan dunia ini. Meskipun ada perbedaan pendapat di antara masyarakat mengenai praktik ziarah dan doa di kuburan, tindakan ini dianggap sebagai perbuatan baik yang dilakukan dengan niat tulus untuk memberikan ketenangan kepada arwah yang telah tiada.
Lebih dari sekadar tradisi, Hari Rayo Anam juga menjadi momen untuk beramal dan meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan melaksanakan tradisi ini, masyarakat memperoleh ketentraman jiwa dan diingatkan akan sementaranya hidup di dunia ini serta kembalinya kita kepada-Nya kelak.
Dari perspektif budaya, makna dari tradisi Hari Rayo Anam memperkuat ikatan sosial dan kesatuan dalam masyarakat. Melalui partisipasi dalam tradisi Aghi Ghayo Onam dan tradisi serupa, masyarakat memperkokoh persaudaraan dan saling berbagi dalam semangat gotong royong, menciptakan rasa kebersamaan yang mendalam di antara mereka.
Semoga tradisi Hari Rayo Anam, beserta tradisi-tradisi serupa di seluruh Indonesia, terus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keberagaman budaya Indonesia. Semangat Wonderful Indonesia yang tercermin dalam keberagaman budaya akan terus menarik minat wisatawan untuk menjelajahi dan menghargai kekayaan budaya yang dimiliki oleh negeri ini.
Dengan memahami dan menjalankan tradisi-tradisi ini, umat Muslim di Indonesia dapat terus menghidupkan semangat kebersamaan, keberagaman, dan kebersahajaan dalam menjalankan ajaran agama Islam.
Semoga tradisi-tradisi ini tetap terjaga dan terus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya dan spiritualitas Indonesia.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H