Pada hari yang istimewa ini, seluruh anggota keluarga dan kerabat, baik yang tinggal di kampung halaman maupun di perantauan, berkumpul untuk merayakan hari raya dengan penuh kehangatan dan kebersamaan.
Namun, tradisi ini tidak hanya sekadar merayakan momen kebersamaan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai agama yang kuat. Pemerintah Kabupaten Kampar di Riau dan Kabupaten Tanah Datar di Sumatera Barat telah melakukan upaya untuk membangkitkan kembali tradisi ini dalam sepuluh tahun terakhir, walau sempat terhenti pada tahun 2020-2022 akibat pandemi Covid-19.
Kembalinya semangat Hari Rayo Anam/Onam diharapkan dapat memotivasi umat untuk lebih mendalami dan menghidupkan kembali praktik ibadah puasa sunnah enam hari Syawal. Puasa sunnah ini bukan hanya sebagai tradisi, tetapi juga sebagai bentuk kesungguhan dalam meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, dan Kampar, Riau, tradisi ini dimulai dengan ziarah kubur dan berdoa bersama keluarga setelah menunaikan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Kaum ibu membawa dulang berisi makanan untuk berbagi dengan masyarakat setelah kembali berkumpul di masjid atau lapangan.
Pada masyarakat Kampar, tradisi serupa dikenal dengan nama Aghi Ghayo Onam, sementara di Kuantan Singingi dikenal sebagai Hari Rayo Anam, dan di Siak sebagai Aghi Ghayo Zorah. Dalam perayaan ini, masyarakat setempat akan berziarah kubur sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan orang-orang yang telah meninggal dunia.
Aghi Ghayo Onam di Riau diawali dengan ziarah kubur berkelompok yang melibatkan ratusan hingga ribuan orang, menghasilkan suasana kampung yang ramai dan penuh kehangatan. Setelahnya, masyarakat berkumpul di rumah-rumah dan bermaaf-maafan sambil menikmati hidangan bersama. Acara puncaknya adalah Ratik Tagak, di mana mereka berdiri sambil melantunkan tahlil dan zikir bersama.
Tidak hanya sekadar ziarah kubur, tradisi ini juga diisi dengan pawai, perlombaan, dan pembagian bantuan kepada yang membutuhkan. Masyarakat memakai pakaian adat khas untuk merayakan momen ini. Suasana meriah juga dirasakan oleh wisatawan yang datang untuk menyaksikan tradisi unik ini, serta untuk berbagi dalam kegembiraan bersama.
Sementara di Luhak nan Tigo, Sumatera Barat, Hari Rayo Anam diisi dengan memasak hidangan tradisional dan melakukan ziarah ke makam leluhur. Tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersamaan dan keberagaman budaya dalam masyarakat. Dengan dijaga dan dilestarikan, tradisi Hari Rayo Anam/Onam akan terus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia.
Tradisi Hari Rayo Anam dan tradisi serupa di daerah-daerah lain di Indonesia menawarkan perspektif yang kaya dan beragam tentang kehidupan dan budaya Indonesia. Selain sebagai momen untuk mempererat hubungan sosial dan kebersamaan dalam masyarakat, tradisi-tradisi ini juga memperkaya warisan budaya Indonesia yang menarik bagi wisatawan lokal maupun internasional yang ingin mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia.