Perumpamaan tentang perusahaan dan perayaan kemenangan yang diikuti dengan peningkatan berkelanjutan sangat relevan dalam konteks spiritualitas juga.Â
Seperti dalam dunia perusahaan, di mana setelah mencapai kesuksesan dalam pelatihan besar, perusahaan tetap harus berfokus pada perbaikan berkelanjutan untuk mempertahankan keunggulan mereka, begitu pula dengan kita setelah melewati bulan Ramadan.
Puasa sunnah enam hari di bulan Syawal adalah salah satu cara yang sangat baik untuk meneruskan peningkatan spiritual setelah Ramadan.Â
Selain mendapatkan pahala yang besar, puasa ini juga membantu kita menjaga momentum kebaikan yang telah kita bangun selama bulan Ramadan. Ini adalah bentuk "continuous improvement" dalam konteks spiritualitas kita.
Hal yang sering memberatkan kita untuk bersegera melaksanakan puasa sunnah enam hari Syawal adalah banyaknya undangan open house, silahturahim berbagai komunitas, halal bi halal, dan berbagai undangan jamuan makan lainnya.Â
Sebagian orang merasa tidak menghormati undangan-undangan tersebut jika kita berpuasa pada saat menghadiri undangan tersebut.
Jika kita simak dengan cermat hadis berikut, yakni: Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian diundang, hadirilah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!" (HR. Muslim). "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari).
Hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW mengenai menghormati undangan dan menjaga puasa sunnah menunjukkan kepada kita prinsip-prinsip penting dalam Islam yang berkaitan dengan sikap sosial dan ibadah. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kita untuk menghargai tamu dan menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran.
Pertama-tama, hadis tersebut menekankan pentingnya menghormati undangan. Rasulullah SAW menyatakan bahwa jika seseorang diundang, maka hendaklah dia hadir.Â
Ini menunjukkan pentingnya menjaga hubungan sosial dan menjaga silaturahmi di antara sesama muslim. Kehadiran kita dalam undangan merupakan bentuk penghormatan terhadap tuan rumah dan juga menciptakan atmosfer kebersamaan yang hangat di antara umat muslim.
Namun, hadis tersebut juga menunjukkan fleksibilitas dalam menjaga ibadah puasa. Jika seseorang berpuasa saat menghadiri undangan, maka dia dapat melanjutkan puasanya.Â