Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Membidik Peluang Ekonomi Halal: Perjalanan dari "SGIE" ke "Ketahanan Pangan Global Islam"

28 Desember 2023   20:45 Diperbarui: 29 Desember 2023   08:41 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekonomi syariah. (KONTAN/Muradi)

Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Edisi ke-10 yang dirilis pada 26 Desember 2023 memberikan sorotan terhadap prestasi luar biasa Ekonomi Islam dalam satu dekade terakhir. 

Dari estimasi pasar US$1,62 triliun pada tahun 2012, kini telah mencapai US$2,29 triliun pada tahun 2022, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

Pertumbuhan ekonomi Islam tidak hanya mencerminkan kontribusi konsumen Muslim, tetapi juga merambah pasar konsumen etis global. Dengan populasi global yang muda dan berkembang pesat, yang melebihi 2 miliar konsumen Muslim, menjadi pendorong utama pertumbuhan ini.

Peran Khusus Makanan Halal dalam Ekonomi Islam

Makanan halal memegang peran sentral dalam ekonomi Islam. Dengan adanya larangan terhadap jenis makanan tertentu menurut hukum Islam, produk yang dikonsumsi harus memenuhi standar kehalalan. Ini telah menciptakan lanskap bisnis yang dinamis dan meningkatkan kebutuhan akan sertifikasi halal.

File Merza Gamal. Sumber: SGIE 2023 Report
File Merza Gamal. Sumber: SGIE 2023 Report

Beberapa negara menonjol dalam konsumsi makanan halal dan termasuk lima ranking teratas, adalah: Indonesia: $149,8 miliar, Mesir: $143 miliar, Bangladesh: $137 miliar, Nigeria: $87,4 miliar, Iran: $87,4 miliar.

Meskipun permintaan terus meningkat, tidak semua negara Muslim dapat memenuhi kebutuhan makanan halal secara lokal. Sejumlah besar harus mengimpor makanan halal, menciptakan kesenjangan antara produksi dan konsumsi.

Di sisi lain, ada negara-negara yang menjadi produsen dan eksportir utama makanan halal, yaitu: Brazil: $27,9 miliar, India: $24,3 miliar, USA: $15,4 miliar, Rusia: $14,4 miliar, Indonesia: $13,1 miliar.

Kesenjangan antara produksi dan kebutuhan konsumen makanan halal mencapai $265,1 miliar, menciptakan peluang bisnis yang signifikan.

Menguak Dinamika Ketahanan Pangan dalam Ekonomi Islam Global

Ketahanan pangan menjadi fokus utama di tengah krisis iklim, gangguan rantai pasokan akibat pandemi, dan tantangan geopolitik seperti konflik di Ukraina. Bagaimana negara-negara Islam menghadapi dinamika kompleks ini menentukan arah ketahanan pangan global.

Meskipun terjadi penurunan investasi sebesar 44% di sektor makanan halal pada tahun 2022, teknologi pangan menjadi fokus utama. Perusahaan-perusahaan terus berinvestasi dalam produksi daging budidaya dan makanan beradaptasi lokal, menciptakan terobosan dalam benih hibrida dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Pengeluaran umat Islam untuk pangan meningkat sebesar 9,6% pada tahun 2022, mencapai US$1,4 triliun, dan diproyeksikan mencapai US$1,89 triliun pada tahun 2027 dengan pertumbuhan tahunan sebesar 6,1%. 

Meskipun harga pangan masih tinggi akibat pandemi, kebutuhan akan pangan tetap menjadi prioritas, mendorong upaya untuk memperluas produksi pangan di negara-negara OKI.

Adapun upaya strategi yang dilakukan negara-negara OKI sebagai prioritas dan mendorong upaya untuk memperluas produksi pangan di negara-negara OKI, antara lain sebagai berikut:

  1. Upaya IOFS untuk Ketahanan Pangan: Organisasi Kerjasama Islam (IOFS) memainkan peran besar dalam upaya ketahanan pangan bagi negara-negara Muslim. Melalui kerja sama trilateral antara FAO, IsDB, dan IFAD, teknologi diterapkan untuk memberdayakan petani kecil.
  2. Investasi Arab Saudi: Arab Saudi, melalui inisiatif seperti HPDC, berkomitmen untuk meningkatkan ekosistem halal dan ketahanan pangan. Investasi ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, menarik investasi, dan mempromosikan perdagangan intra-OKI, termasuk penggunaan teknologi blockchain untuk ketertelusuran pangan.
  3. Inisiatif di COP27 dan COP28: Pertemuan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP27 dan COP28) di Mesir dan UEA mendorong inisiatif energi ramah lingkungan dan investasi global di seluruh kawasan. Fokus pada keterkaitan antara pangan dan alam menjadi peluang kunci bagi ketahanan pangan.
  4. Revolusi Blockchain dalam Makanan Halal: Teknologi blockchain terus merevolusi penelusuran makanan halal. Solusi digital seperti OneAgrix memungkinkan konsumen melacak daging sapi hingga kode QR menggunakan ponsel pintar. Hal ini meningkatkan transparansi, keamanan, dan kepercayaan dalam industri pangan.
  5. Sertifikasi Halal untuk Makanan Baru: Perusahaan-perusahaan makanan baru, seperti Beyond Meat dan Impossible Foods, memanfaatkan perolehan sertifikasi halal. Ini membuka akses ke pasar yang menguntungkan di negara-negara mayoritas Muslim, seperti Indonesia dan Malaysia, dan meningkatkan kepercayaan konsumen.

Tantangan tetap ada, termasuk ketegangan geopolitik, perubahan iklim, standar keberlanjutan, kompleksitas sertifikasi halal, dan lonjakan harga pangan. Mengatasi tantangan ini menjadi kunci untuk pertumbuhan berkelanjutan dalam Ekonomi Islam Global.

Investor di negara-negara OKI memiliki peluang dan tantangan krusial. Mendorong ketahanan pangan lokal, investasi dalam teknologi pangan, dan manajemen risiko menjadi kunci untuk pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Dalam menghadapi tantangan dan peluang kompleks, negara-negara Islam dapat memainkan peran penting dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan dan ketahanan pangan yang kuat. 

Dengan fokus pada ketahanan pangan lokal, investasi dalam inovasi teknologi, dan manajemen risiko yang bijaksana, mereka dapat merajut masa depan yang lebih cerah dan berdaya tahan dalam Ekonomi Islam Global.

File Merza Gamal. Sumber: SGIE 2023 Report
File Merza Gamal. Sumber: SGIE 2023 Report

Penutup: Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Dalam dunia yang terus berubah, negara-negara Islam memiliki peluang besar untuk menjadi motor pertumbuhan ekonomi global dan pemimpin dalam ketahanan pangan.

Dengan menggali potensi ekonomi halal, Indonesia menjadi sorotan utama. Sebagai konsumen terbesar makanan halal dan produsen potensial, Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam memosting kesenjangan antara produksi dan konsumsi makanan halal di tingkat global.

Tantangan seperti ketegangan geopolitik dan perubahan iklim menjadi ujian bagi negara-negara anggota OKI. Namun, melalui investasi cerdas, inovasi teknologi, dan kerja sama internasional, mereka dapat membangun masa depan yang berkelanjutan.

Revolusi blockchain dalam makanan halal dan sertifikasi halal untuk makanan baru menandai langkah-langkah inovatif menuju transparansi dan keamanan pangan. Investor di negara-negara OKI memiliki peran krusial dalam memastikan pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan yang kuat.

Mari bersama-sama membentuk masa depan di mana Ekonomi Islam dan ketahanan pangan berkolaborasi, menciptakan lingkungan ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Dengan kesadaran akan nilai-nilai "tayyib" dan tekad untuk berinovasi, kita dapat merintis jalan menuju keberlanjutan dalam Ekonomi Islam Global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun