Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menapak Sejarah Kota Pontianak di Tengah Keindahan Keraton Kadriyah dan Ketenangan Masjid Jami

6 Desember 2023   06:56 Diperbarui: 6 Desember 2023   06:58 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waktu pulang menjelang senja masyarakat sekitar Keraton dan Masjid Jami. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Saat matahari perlahan turun ke arah Barat di langit Kota Pontianak, saya memutuskan untuk menapaki jejak sejarah kota ini dengan mengunjungi dua bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan panjangnya. Dua landmark yang menjadi penanda berdirinya Kota Pontianak pada tahun 1771, yaitu: Keraton Kadriyah dan Masjid Jami.

Perjalanan dimulai dari pusat kota, dan dalam waktu 15 menit dengan mobil, saya tiba di Keraton Kadriyah. Bangunan megah ini, terbuat dari kayu belian yang kokoh, masih menjaga keindahannya meskipun telah berdiri lebih dari 300 tahun.

Saat melangkah masuk, nuansa sejarah seakan menyapa saya. Dari singgasana raja hingga genta yang dulu dipakai sebagai peringatan marabahaya, setiap elemen di dalam keraton mengisahkan kehidupan istana pada masa lalu.

Teras Keraton Kadriyah menyambut tetatmu yang datang. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Teras Keraton Kadriyah menyambut tetatmu yang datang. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Meskipun usianya sudah tua, kayu belian yang menjadi bahan utamanya masih tetap kokoh, menciptakan atmosfer khusus yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Dari pelataran istana, langit mulai menyingsing dan menampilkan senja yang memukau di atas Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Meriam kuno dari Perancis dan Portugis dan genta sebagai sarana komunikasi di depan istana menambahkan nuansa klasik. Saya pun melangkah ke anjungan, tempat Sultan dulu beristirahat sambil menikmati keindahan alam sekitar.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Setelah mengelilingi dan menikmati setiap sudut Keraton Kadriyah, saya pun melanjutkan perjalanan ke Masjid Jami, yang terletak di tepi Sungai Kapuas. Saat memasuki halaman masjid, suasana hening seketika menyelimuti.

Penampakan Masjid Jami yang menandai berdirinya Kota Pontianak. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Penampakan Masjid Jami yang menandai berdirinya Kota Pontianak. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Masjid ini, yang juga dikenal sebagai Masjid Sultan Syarif Abdurrahman, menyimpan kisah panjang yang bermula pada tahun 1771. Syarif Abdurrahman, pangeran dari Kerajaan Matan, melakukan perjalanan epik menyusuri sungai Kapuas dari Mempawah.

Dalam rombongan yang menaiki 14 perahu, pada 23 Oktober 1771, mereka tiba di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Inilah tempat di mana hutan dibuka, pemukiman didirikan, dan kerajaan baru Pontianak muncul dengan masjid dan istana yang menjadi simbol keberanian dan keimanan.

Waktu pulang menjelang senja masyarakat sekitar Keraton dan Masjid Jami. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Waktu pulang menjelang senja masyarakat sekitar Keraton dan Masjid Jami. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Saat senja melabuhkan diri, suasana sekitar Masjid Jami semakin hidup. Masyarakat lokal berkumpul menjelang waktu magrib, menunggu dengan sabar untuk melaksanakan sholat berjamaah. Suara adzan mengalun, menciptakan harmoni yang menyatu dengan kegiatan sehari-hari masyarakat setempat.

Dari pelataran masjid, saya memutuskan untuk merenungi keindahan senja di tepian Sungai Kapuas. Cahaya senja yang memantul di permukaan air sungai menciptakan gambaran yang tak terlupakan. Sisi kota Pontianak di seberang sungai terlihat indah dengan gemerlapan lampu-lampu kota yang mulai menyala.

Senja menjelang di Tepian Sungai Kapuas. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Senja menjelang di Tepian Sungai Kapuas. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Senja menjelang menyambut maghrib. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Senja menjelang menyambut maghrib. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Berkunjung ke Pontianak tanpa singgah ke Keraton Kadriyah dan Masjid Jami rasanya seperti melewatkan sejarah yang hidup. Kedua bangunan ini, meskipun berbeda dalam fungsi dan arsitektur, bersatu padu mengisahkan perjalanan panjang Kota Pontianak.

Seiring matahari terbenam dan lampu-lampu kota mulai bersinar, saya merenung tentang keindahan dan kebijaksanaan para pendiri kota ini. Pontianak, sebuah kota yang tumbuh dari perjalanan dan persatuan, masih menjaga keagungan sejarahnya dalam setiap batasan Keraton Kadriyah dan doa yang mengalun di Masjid Jami.

Menjelajah Bangunan Bersejarah Nusantara. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Menjelajah Bangunan Bersejarah Nusantara. Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Setiap kunjungan menjadi sebuah episode dalam buku hidup Kota Pontianak, yang tak pernah berhenti menawarkan keindahan dan kekayaan sejarahnya kepada para pengunjungnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun