Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Keberhasilan dan Tantangan Bisnis Milik Keluarga

4 Desember 2023   20:45 Diperbarui: 4 Desember 2023   20:49 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.mckinsey.com/~/media/mckinsey/industries/

"Menggali Kekuatan, Strategi, dan Tantangan untuk Melipatgandakan Nilai dalam Dekade Mendatang"

Bisnis milik keluarga atau Family Owned Businesses (FOB) telah lama menjadi pilar ekonomi global, dan penelitian terkini menunjukkan bahwa FOB yang berhasil dapat menciptakan nilai jangka panjang. Dalam sebuah diskusi yang melibatkan McKinsey dan pemimpin industri, kita menggali elemen kunci yang membedakan FOB berkinerja tinggi dan mengidentifikasi strategi yang dapat membantu mereka melipatgandakan nilai mereka selama dekade mendatang.

Bisnis milik keluarga (FOB) menyoroti peran penting dan ketahanan yang dimiliki oleh bisnis-bisnis ini dalam menghadapi tantangan ekonomi, geopolitik, dan teknologi. FOB memang seringkali menjadi elemen yang terabaikan, tetapi kontribusi mereka terhadap perekonomian global sangat signifikan.

FOB memiliki kemampuan yang baik dalam beradaptasi dan bertahan di tengah ketidakpastian bisnis. Struktur dan praktik terbaik yang dimiliki oleh FOB memberikan fondasi yang solid untuk menghadapi perubahan dan tantangan yang muncul.

Meskipun mungkin ada variasi tingkat dan pendorong kinerja, secara umum, FOB menunjukkan kinerja yang lebih kuat dibandingkan dengan perusahaan yang bukan milik keluarga. Ini dapat mencerminkan fokus jangka panjang, nilai-nilai keluarga, dan tanggung jawab sosial yang lebih besar.

FOB menyumbang lebih dari 70 persen PDB global, menghasilkan omzet yang signifikan, dan bertanggung jawab atas sebagian besar lapangan kerja di seluruh dunia. Kontribusi ini tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan dukungan terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan pembangunan infrastruktur di komunitas mereka.

Beberapa FOB telah bertahan dan berkembang selama beberapa dekade, bahkan lebih dari satu abad. Studi ini dapat memberikan wawasan berharga tentang praktik terbaik yang telah mereka terapkan selama bertahun-tahun untuk mencapai ketahanan dan keberhasilan jangka panjang.

Dengan memahami kontribusi dan kinerja FOB, kita dapat lebih menghargai peran mereka dalam ekonomi global dan belajar dari praktik terbaik yang mereka terapkan. Selain itu, ini juga dapat menjadi inspirasi bagi bisnis-bisnis lain untuk mengadopsi strategi yang berfokus pada keberlanjutan, adaptabilitas, dan nilai-nilai jangka panjang.

Penelitian McKinsey mengidentifikasi empat pola pikir kritis yang melekat pada bisnis milik keluarga dan lima tindakan strategis yang membedakan FOB yang berhasil. Fokus pada tujuan selain keuntungan, visi jangka panjang, sikap konservatif terhadap keuangan, dan pengambilan keputusan efisien adalah landasan empat pola pikir ini.

File Merza Gamal, sumber: McKinsey & Company
File Merza Gamal, sumber: McKinsey & Company

Ditambah dengan lima tindakan strategis, yakni diversifikasi portofolio, alokasi sumber daya dinamis, efisiensi investasi dan operasi, fokus pada pengembangan dan pemeliharaan talenta, serta pemantauan dan pembaruan tata kelola, membentuk formula "4+5" yang dapat meningkatkan kinerja FOB secara signifikan.

Penerapan formula"4+5" ini pada FOB dan non-FOB dapat menghasilkan peningkatan signifikan dalam keuntungan ekonomi, menunjukkan bahwa prinsip-prinsip ini memiliki aplikabilitas luas. FOB yang mengadopsi formula ini memiliki potensi untuk melipatgandakan nilai mereka dalam lima hingga sepuluh tahun, meningkatkan kinerja pasar dan memberikan dampak positif pada komunitas mereka.

Selain formula "4+5", Analisis McKinsey yang mencakup TSR dan keuntungan ekonomi menunjukkan bahwa Family Owned Businesses (FOB) memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang bukan milik keluarga dalam dekade terakhir. Berikut beberapa poin penting dari temuan tersebut:

  • Total Shareholder Return (TSR): Antara tahun 2017 dan 2022, FOB mencatat TSR rata-rata sebesar 2,6 persen, sedangkan perusahaan yang bukan milik keluarga hanya mencapai 2,3 persen. Ini menunjukkan bahwa FOB memberikan hasil lebih baik kepada pemegang saham mereka dalam periode tersebut.
  • Keuntungan Ekonomi: Dalam periode lima tahun yang sama, FOB mencapai keuntungan ekonomi rata-rata sebesar $77,5 juta, sementara non-FOB hanya mencapai $66,3 juta. Selisih ekonomi yang lebih tinggi (33 persen) menunjukkan bahwa FOB menciptakan lebih banyak nilai daripada non-FOB.
  • Variasi Kinerja Berdasarkan Ukuran dan Usia Perusahaan: Terdapat variasi dalam kinerja antara FOB dan non-FOB berdasarkan ukuran, usia, dan tingkat kematangan perusahaan. FOB skala menengah, dengan pendapatan antara $150 juta hingga $5 miliar, memiliki kinerja lebih baik karena efisiensi investasi mereka. Mereka mencapai perputaran modal 10 persen lebih tinggi dalam lima tahun terakhir dibandingkan dengan non-FOB.
  • Fokus Jangka Panjang dan Efisiensi Investasi: FOB menunjukkan fokus pada jangka panjang dan efisiensi investasi yang menghasilkan keunggulan. FOB skala menengah, sebagai contoh, dapat lebih efektif dalam mengidentifikasi peluang investasi jangka panjang dan mengalokasikan sumber daya dengan cepat untuk memanfaatkan peluang tersebut.
  • Pola Pikir Pertumbuhan dan Kewirausahaan: FOB yang lebih muda (berusia 25 tahun ke bawah) memiliki pola pikir pertumbuhan yang agresif dan meningkatkan pendapatan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan bisnis non-FOB. Namun, seiring dengan pertumbuhan dan transisi kepemimpinan generasi baru, beberapa FOB mungkin mengalami perubahan orientasi, lebih fokus pada menjaga nilai daripada pertaruhan besar.

Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan kinerja lebih baik untuk FOB, termasuk fokus jangka panjang, efisiensi investasi, dan adaptabilitas terhadap tekanan pasar. Selain itu, variabilitas kinerja antara FOB dan non-FOB juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan ukuran, usia, dan strategi bisnis spesifik ketika mengevaluasi kinerja perusahaan.

Kondisi Bisnis Milik Keluarga di Indonesia

Saat kita melihat keadaan bisnis milik keluarga di Indonesia, terkuak fakta menarik bahwa 95% dari seluruh bisnis di negara ini memiliki ikatan keluarga. Namun, kendati kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 82%, hanya 13% dari perusahaan keluarga yang mampu bertahan hingga generasi ketiga.

Faktor-faktor seperti tantangan suksesi, manajemen yang kurang profesional, dan ketidakmampuan mengelola konflik keluarga menjadi rintangan yang harus diatasi.

Suksesi seringkali menjadi salah satu rintangan terbesar bagi perusahaan keluarga. Memindahkan kepemimpinan dari satu generasi ke generasi berikutnya membutuhkan perencanaan yang matang dan kemampuan untuk menavigasi dinamika keluarga yang kompleks. Ketidakmampuan mengatasi tantangan suksesi dapat menyebabkan perpecahan dan kegagalan bisnis di generasi berikutnya.

Beberapa perusahaan keluarga mungkin menghadapi tantangan ketidakprofesionalan dalam manajemen. Keterlibatan keluarga dalam operasional sehari-hari bisa menjadi kelebihan, tetapi juga bisa menjadi hambatan jika tidak ada profesionalisme yang memadai dalam pengambilan keputusan dan operasional bisnis.

Selain itu, beberapa perusahaan keluarga mungkin enggan untuk melakukan diversifikasi bisnis atau mengadopsi inovasi. Hal ini bisa membuat mereka lebih rentan terhadap perubahan pasar dan teknologi yang cepat. Tidak adanya upaya untuk berinovasi dan beradaptasi dapat menghambat pertumbuhan jangka panjang.

Konflik keluarga dapat menjadi hambatan serius. Ketidakmampuan menangani konflik dengan baik dapat merusak hubungan antar anggota keluarga dan berdampak negatif pada keputusan bisnis. Memiliki mekanisme resolusi konflik yang efektif menjadi kunci untuk kelangsungan perusahaan.

Sementara mempertahankan budaya dan nilai keluarga bisa menjadi kekuatan, tetapi terkadang dapat menjadi rintangan jika itu menghambat inovasi atau keputusan bisnis yang lebih obyektif.

Hal lain yang menjadi permasalahn bisnis milik keluarga di Indonesia adalah ketidakpastian ekonomi, perubahan kebijakan, dan dinamika pasar yang cepat dapat menjadi tantangan bagi semua bisnis, termasuk perusahaan keluarga. Kemampuan untuk beradaptasi dan merespon perubahan pasar adalah kunci untuk kelangsungan bisnis.

Tidak semua perusahaan keluarga memiliki perencanaan dan manajemen risiko yang matang. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkait dengan perubahan eksternal yang tidak terduga atau tidak diantisipasi.

Dengan memahami rintangan-rintangan ini, perusahaan keluarga di Indonesia dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi tantangan dan meningkatkan peluang keberhasilan jangka panjang. Ini mungkin melibatkan perencanaan suksesi yang cermat, profesionalisasi manajemen, dan investasi dalam inovasi dan diversifikasi.

Melihat ke depan, tantangan suksesi, manajemen yang lebih profesional, dan keberanian untuk berinovasi menjadi kunci untuk memastikan bahwa bisnis milik keluarga di Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam lingkungan bisnis yang semakin dinamis dan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun