Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Keberhasilan dan Tantangan Bisnis Milik Keluarga

4 Desember 2023   20:45 Diperbarui: 4 Desember 2023   20:49 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.mckinsey.com/~/media/mckinsey/industries/

Ditambah dengan lima tindakan strategis, yakni diversifikasi portofolio, alokasi sumber daya dinamis, efisiensi investasi dan operasi, fokus pada pengembangan dan pemeliharaan talenta, serta pemantauan dan pembaruan tata kelola, membentuk formula "4+5" yang dapat meningkatkan kinerja FOB secara signifikan.

Penerapan formula"4+5" ini pada FOB dan non-FOB dapat menghasilkan peningkatan signifikan dalam keuntungan ekonomi, menunjukkan bahwa prinsip-prinsip ini memiliki aplikabilitas luas. FOB yang mengadopsi formula ini memiliki potensi untuk melipatgandakan nilai mereka dalam lima hingga sepuluh tahun, meningkatkan kinerja pasar dan memberikan dampak positif pada komunitas mereka.

Selain formula "4+5", Analisis McKinsey yang mencakup TSR dan keuntungan ekonomi menunjukkan bahwa Family Owned Businesses (FOB) memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang bukan milik keluarga dalam dekade terakhir. Berikut beberapa poin penting dari temuan tersebut:

  • Total Shareholder Return (TSR): Antara tahun 2017 dan 2022, FOB mencatat TSR rata-rata sebesar 2,6 persen, sedangkan perusahaan yang bukan milik keluarga hanya mencapai 2,3 persen. Ini menunjukkan bahwa FOB memberikan hasil lebih baik kepada pemegang saham mereka dalam periode tersebut.
  • Keuntungan Ekonomi: Dalam periode lima tahun yang sama, FOB mencapai keuntungan ekonomi rata-rata sebesar $77,5 juta, sementara non-FOB hanya mencapai $66,3 juta. Selisih ekonomi yang lebih tinggi (33 persen) menunjukkan bahwa FOB menciptakan lebih banyak nilai daripada non-FOB.
  • Variasi Kinerja Berdasarkan Ukuran dan Usia Perusahaan: Terdapat variasi dalam kinerja antara FOB dan non-FOB berdasarkan ukuran, usia, dan tingkat kematangan perusahaan. FOB skala menengah, dengan pendapatan antara $150 juta hingga $5 miliar, memiliki kinerja lebih baik karena efisiensi investasi mereka. Mereka mencapai perputaran modal 10 persen lebih tinggi dalam lima tahun terakhir dibandingkan dengan non-FOB.
  • Fokus Jangka Panjang dan Efisiensi Investasi: FOB menunjukkan fokus pada jangka panjang dan efisiensi investasi yang menghasilkan keunggulan. FOB skala menengah, sebagai contoh, dapat lebih efektif dalam mengidentifikasi peluang investasi jangka panjang dan mengalokasikan sumber daya dengan cepat untuk memanfaatkan peluang tersebut.
  • Pola Pikir Pertumbuhan dan Kewirausahaan: FOB yang lebih muda (berusia 25 tahun ke bawah) memiliki pola pikir pertumbuhan yang agresif dan meningkatkan pendapatan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan bisnis non-FOB. Namun, seiring dengan pertumbuhan dan transisi kepemimpinan generasi baru, beberapa FOB mungkin mengalami perubahan orientasi, lebih fokus pada menjaga nilai daripada pertaruhan besar.

Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan kinerja lebih baik untuk FOB, termasuk fokus jangka panjang, efisiensi investasi, dan adaptabilitas terhadap tekanan pasar. Selain itu, variabilitas kinerja antara FOB dan non-FOB juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan ukuran, usia, dan strategi bisnis spesifik ketika mengevaluasi kinerja perusahaan.

Kondisi Bisnis Milik Keluarga di Indonesia

Saat kita melihat keadaan bisnis milik keluarga di Indonesia, terkuak fakta menarik bahwa 95% dari seluruh bisnis di negara ini memiliki ikatan keluarga. Namun, kendati kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 82%, hanya 13% dari perusahaan keluarga yang mampu bertahan hingga generasi ketiga.

Faktor-faktor seperti tantangan suksesi, manajemen yang kurang profesional, dan ketidakmampuan mengelola konflik keluarga menjadi rintangan yang harus diatasi.

Suksesi seringkali menjadi salah satu rintangan terbesar bagi perusahaan keluarga. Memindahkan kepemimpinan dari satu generasi ke generasi berikutnya membutuhkan perencanaan yang matang dan kemampuan untuk menavigasi dinamika keluarga yang kompleks. Ketidakmampuan mengatasi tantangan suksesi dapat menyebabkan perpecahan dan kegagalan bisnis di generasi berikutnya.

Beberapa perusahaan keluarga mungkin menghadapi tantangan ketidakprofesionalan dalam manajemen. Keterlibatan keluarga dalam operasional sehari-hari bisa menjadi kelebihan, tetapi juga bisa menjadi hambatan jika tidak ada profesionalisme yang memadai dalam pengambilan keputusan dan operasional bisnis.

Selain itu, beberapa perusahaan keluarga mungkin enggan untuk melakukan diversifikasi bisnis atau mengadopsi inovasi. Hal ini bisa membuat mereka lebih rentan terhadap perubahan pasar dan teknologi yang cepat. Tidak adanya upaya untuk berinovasi dan beradaptasi dapat menghambat pertumbuhan jangka panjang.

Konflik keluarga dapat menjadi hambatan serius. Ketidakmampuan menangani konflik dengan baik dapat merusak hubungan antar anggota keluarga dan berdampak negatif pada keputusan bisnis. Memiliki mekanisme resolusi konflik yang efektif menjadi kunci untuk kelangsungan perusahaan.

Sementara mempertahankan budaya dan nilai keluarga bisa menjadi kekuatan, tetapi terkadang dapat menjadi rintangan jika itu menghambat inovasi atau keputusan bisnis yang lebih obyektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun