Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cinta Ayah Menyambung Kasih Papa

15 November 2023   06:31 Diperbarui: 15 November 2023   06:38 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun setelah Ibu diketahui menderita kanker, Ibu meninggal dunia. Tinggallah kami berdua, Ayah dan aku. Ayah tetap menolak menikah lagi dan tidak ingin aku kehilangan kasih sayangnya. Waktu terus berjalan, aku tumbuh besar. Ketika Ibu meninggal, aku baru saja menyelesaikan SD dan melangkah ke SMP. Ayah selalu memastikan kebutuhanku terpenuhi dan mendidikku dengan baik, hingga aku menyelesaikan SMA dan akhirnya meraih gelar S1.

Keberuntungan dan nasib baik menyertai. Aku dapat kuliah di PTN terkemuka di Indonesia melalui jalur undangan. Sebelum meraih gelar, aku juga diterima untuk melanjutkan studi di universitas terkenal di Jepang. Ayah, seorang Satpam, memang memiliki pemikiran luar biasa yang tidak kalah dengan teman-teman kuliahku dari keluarga berada. Aku bahkan dapat menambah penghasilan keluarga dari les-les yang kuberikan kepada pelajar SD hingga SMA.

Namun, beban tanggung jawab Ayah tetap besar. Dia tidak ingin berhenti bekerja dan menolak membuatku mencari uang untuk hidup kami. Uang dari les-les itu sebagian besar aku tabung dan transfer ke rekening tabungan gaji Ayah, meski awalnya Ayah menolak.

Aku berkata, "Simpan saja, Ayah, hingga Alif butuh. Jika disimpan bersama Alif, takutnya habis begitu saja, dan saat dibutuhkan, uangnya sudah tidak ada."

Akhirnya, Ayah menerima alasan itu, dan uang tidak kembali ke rekeningku.

Waktu telah menunjukkan bahwa aku harus masuk ruang tunggu dan menjalani pemeriksaan imigrasi sebelum keberangkatan. Aku mengucapkan selamat tinggal pada Ayah, dan dia memelukku erat lagi, sambil berbisik, "Doa Ayah menyertaimu. Ibu dan Papa pasti bangga melihatmu sukses."

Aku melepaskan pelukan Ayah dan masuk ke ruang tunggu. Panggilan untuk boarding terdengar, dan aku menyeka air mata yang terus mengalir. Aku melangkah maju ke proses pemeriksaan sebelum naik pesawat. Dan, aku pun terbang ke Narita.....

Penulis: Merza Gamal (Kakek Merza, Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun