Suatu hari, ketika sedang bekerja di atas tangga untuk memperbaiki kabel, adikku mendapat sengatan listrik dan harus masuk rumah sakit. Suami dan aku datang menjenguknya. Melihat gips putih yang melingkari kakinya, aku mengeluh, "Mengapa kamu tidak menerima tawaran menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah melakukan pekerjaan berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, lukamu serius. Mengapa kamu tidak mendengarkan kami sebelumnya?"
Namun, adikku dengan tegas membela pilihannya, "Pikirkan suamimu yang baru menjadi direktur dan aku yang hampir tidak berpendidikan. Jika aku menerima tawaran itu, apa yang akan dikatakan orang tentangmu?"
Mata suamiku berkaca-kaca, dan aku dengan susah payah mengucapkan, "Tapi kamu tidak memiliki pendidikan karena aku!" Lalu adikku berkata, "Mengapa kita membicarakan masa lalu?" Ia meraih tangan saya. Tahun itu, adikku berusia 26 dan aku 29.
Adikku menginjak usia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun kami. Dalam pesta pernikahannya, pembawa acara bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
Dengan tulus, adikku menjawab, "Kakak saya." Ia menceritakan sebuah kisah yang bahkan aku lupa. "Ketika saya pergi ke SD, sekolah kami berada di dusun yang berbeda. Setiap hari, kakak dan saya harus berjalan dua jam pergi ke sekolah dan dua jam lagi untuk pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan salah satu sarung tangan saya. Kakak memberikan salah satu dari miliknya, padahal dia hanya memakai satu sarung tangan dan berjalan sejauh itu dengan satu tangan terbuka di cuaca yang begitu dingin. Sejak saat itu, saya berjanji, selama saya hidup, saya akan menjaga kakakku dan berbuat baik padanya."
Tepuk tangan meriah memenuhi ruangan. Semua tamu memandangku. Air mata tak terbendung keluar dari mataku, dan dengan susah payah aku mengucapkan, "Orang yang paling aku berterima kasih dalam hidupku adalah adikku."
Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya cinta, pengorbanan, dan kesetiaan dalam keluarga. Ketika kita saling mendukung dalam keluarga, kita tidak hanya memperkuat hubungan satu sama lain, tetapi juga melahirkan keberanian dalam diri kita. Dengan cinta dan keberanian, kita dapat menghadapi rintangan hidup apa pun dan berkembang dengan harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H