Penitipan Anak dan Kesehatan Mental sebagai Fokus Utama
Kehidupan kerja dan peran sebagai orang tua adalah dua aspek penting dalam kehidupan kita yang seringkali bertentangan.
Akibat pandemi global yang baru lalu dan kondisi ekonomi yang tak pasti, tantangan yang dihadapi perempuan yang bekerja menjadi semakin nyata, seperti yang terlihat dari berita yang dilaporkan oleh sumber-sumber terpercaya, termasuk Fortune, The Washington Post, dan McKinsey.com.
Tantangan Dalam Penitipan Anak
Salah satu tantangan utama yang dihadapi perempuan dalam dunia kerja, baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat, adalah kurangnya fasilitas penitipan anak yang terjangkau dan mudah diakses.
Menteri Perindustrian Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, pada suatu kesempatan juga telah menggarisbawahi pentingnya isu ini. Kurangnya opsi tempat penitipan anak di tempat kerja dan di lingkungan tempat tinggal adalah alasan utama perempuan memutuskan untuk keluar dari angkatan kerja.
Lebih lanjut, biaya tinggi dari layanan penitipan anak menjadi beban finansial yang signifikan, mendorong banyak perempuan untuk mengambil keputusan yang sulit untuk berhenti bekerja setelah memiliki anak.
Data dari Fortune menunjukkan bahwa pendanaan untuk pusat penitipan anak di Amerika Serikat habis masa berlakunya pada akhir September 2023. Hal ini dapat mengakibatkan penutupan puluhan ribu pusat penitipan anak, mengakibatkan sekitar tiga juta anak tidak mendapatkan perawatan berbayar, dan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar $9 miliar per tahun karena orang tua yang bekerja meninggalkan angkatan kerja.
Kesehatan Mental dan Dukungan
Selama pandemi, masalah kesehatan mental telah menjadi sorotan. Terutama, para ibu di seluruh dunia, termasuk di Amerika, menghadapi tingkat kecemasan dan depresi yang signifikan.