Padahal, apa yang saya tulis di Kompasiana seringkali saya gunakan untuk berbagi di berbagai korporasi dan institusi. Biasanya, saya mendapatkan imbalan sekitar Rp2-5 juta untuk setiap sesi berbagi (dengan durasi sharing hanya 30-60 menit), tanpa saya menetapkan target. Jika saya menjadi narasumber dalam workshop, per hari rata-rata saya mendapatkan lebih dari Rp10 juta.
Namun, kenyataannya seringkali kompleks. Terkadang, niat baik kita belum tentu dianggap baik oleh orang lain, dan bahkan kita bisa saja tersandung dan membuat nama baik kita rusak. Pada akhirnya, saya juga mengalami kasus pembunuhan karakter di Kompasiana.
Walaupun demikian, bagi saya pribadi, saya akan tetap menulis di Kompasiana sebagai tekad untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Jika ilmu dan pengalaman tidak kita bagikan, maka itu akan hilang ditelan masa. Sebaliknya, jika kita berbagi dan saat ini bisa menjadi jejak digital, maka itu akan menjadi legacy setelah kehadiran kita di dunia berakhir.
Niat saya menulis hanya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar bermanfaat bagi banyak orang dan negeri tercinta, Indonesia. Jadi, meskipun saya belum mendapatkan apa pun dari Kompasiana, saya akan tetap menulis di sini.
Hal tersebut saya lakukan karena, saat ini, jurnalisme warga yang paling "mumpuni" adalah Kompasiana milik Kompas. Dengan menulis, saya menambah wawasan saya dan sekaligus memberikan manfaat dari apa yang saya tulis.
Semoga dengan demikian, walau pun orang menganggap saya hanya buang-buang waktu dan tenaga, saya yakin hal ini bisa menambah sedikit bekal saya jika suatu saat nanti saya berpulang. Ini adalah legacy saya selama saya hidup di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H