Dulu, hidupku penuh dengan gemerlap bisnis dan kesibukan yang tak berkesudahan. Sebagai seorang ayah, aku bangga dengan pencapaian bisnisku, tapi seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa telah ada kehilangan besar dalam hidupku.
Pada hari tuaku, setelah istriku meninggal dunia, aku pun memilih tinggal di panti jompo, dan merenungkan kehidupan yang telah kujalani selama ini. Sebagai seorang ayah, aku menghabiskan masa muda untuk berkarir dan membangun bisnis yang sukses.
Namun, karena kesibukanku tersebut, aku tidak terlalu memperhatikan keluarga dan membuat anak-anakku merasa jauh dariku. Meskipun aku berhasil memberikan mereka pendidikan di luar negeri, mereka tidak mau kembali ke rumah orang tuanya setelah lulus kuliah.
Aku terus bekerja keras dan fokus pada bisnisku, sehingga aku jarang memiliki waktu untuk bersantai atau merenung tentang hidupku. Bahkan, ketika istriku meninggal dunia tahun lalu, anak-anakku yang sibuk tidak bisa pulang untuk menghadiri pemakaman ibu mereka.
Saat aku menua dan menghabiskan sisa hidupku di panti jompo, aku merasa sangat kesepian. Kekayaanku tidak bisa membeli kebahagiaan atau kehadiran keluarga. Aku merenungkan kembali hidupku dan menyadari bahwa aku telah membuat kesalahan yang besar.
Setelah beberapa waktu berlalu, kehidupan di panti jompo menjadi semakin membosankan bagi diriku. Aku merasa terisolasi dari dunia luar dan hanya dapat mengandalkan penghuni lain di panti jompo untuk berinteraksi.
Meskipun aku telah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anakku, tidak ada yang menunjukkan minat untuk datang mengunjungiku.
Dari pengalaman ini, aku menyadari bahwa meskipun hidupku tidak selalu sesuai dengan rencanaku, aku masih memiliki kesempatan untuk membuat perbedaan dalam hidup orang lain.
Aku menyadari bahwa kesuksesan dan kekayaan materi tidak dapat membahagiakan diriku jika aku tidak bahagia dalam hubungan dan ikatan emosional yang kusam dengan keluarga dan orang yang aku sayangi.
Meskipun aku telah kehilangan banyak waktu dengan keluargaku, aku masih merasa bersyukur bahwa aku masih punya hidup dan kesehatan untuk bisa menikmati sisa hidupku.
Aku mulai merenung tentang apa yang sebenarnya penting dalam hidupku. Aku menyadari bahwa kekayaan dan kesuksesan bisnis yang aku raih selama ini ternyata tidak bermanfaat untuk membahagiakan keluargaku.
Aku merasa kecewa pada diriku sendiri karena terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga aku lupa bahwa keluarga adalah segalanya dalam hidup ini.
Ketika aku terus merenung tentang hidupku, aku mulai memahami bahwa kebahagiaan sebenarnya adalah ketika kita bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, terutama keluarga kita.
Aku mulai merencanakan bagaimana caranya aku bisa memperbaiki hubungan dengan anak-anakku dan menjadi bagian dari hidup mereka.
Aku memutuskan untuk menghubungi anak-anakku dan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang aku lakukan selama ini. Aku berbicara dengan tulus dan mengungkapkan perasaanku kepada mereka. Aku juga menyampaikan rasa rindu dan keinginan untuk menghabiskan waktu bersama mereka.
Anak-anakku menerima permintaan maafku dengan tulus dan mengatakan bahwa mereka juga merindukan aku. Mereka mengakui bahwa mereka salah karena terlalu sibuk dengan hidup masing-masing dan lupa untuk mengunjungi dan menjaga hubungan dengan ayah mereka.
Kami mulai merencanakan kunjungan rutin dan kegiatan bersama untuk menghabiskan waktu bersama. Aku merasa senang dan bahagia karena akhirnya aku bisa menjadi bagian dari kehidupan anak-anakku lagi. Kami memulai perjalanan untuk membangun kembali hubungan keluarga yang baik dan dekat.
Ketika aku memikirkan kembali hidupku, aku menyadari bahwa kesuksesan dan kekayaan yang aku perjuangkan selama ini tidak bermanfaat jika aku merelakan keluargaku menjadi orang asing bagiku.
Hanya penyesalan yang menyertainya, dan aku bertekad untuk tidak membuat kesalahan yang sama pada generasi mendatang.
Aku terus berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anakku dan memastikan bahwa mereka merasa dicintai dan dihargai.
Aku membuka diri dan menjadi lebih terbuka terhadap mereka, menggali minat dan kegemaran mereka serta berusaha memahami apa yang penting bagi mereka.
Aku menyadari bahwa kebahagiaan keluarga adalah jauh lebih penting daripada kekayaan atau kesuksesan bisnis.
Sekarang, aku benar-benar telah berhenti dari bisnisku dan menyerahkan semuanya kepada orang kepercayaanku. Anak-anakku telah memiliki bisnisnya masing-masing dan mereka tidak mau mengambil perusahaanku yang masih ada.
Aku pun memilih untuk hidup sederhana dan memfokuskan diri pada keluarga dan orang-orang yang aku sayangi. Meskipun kekayaanku berkurang, aku merasa lebih kaya dari sebelumnya karena aku memiliki keluarga yang bahagia dan hubungan yang dekat dengan mereka.
Hidupku yang dulu terasa kesepian dan tidak berarti sekarang menjadi hidup yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Aku mulai memperoleh cinta dari anak-anakku dan teman-teman baruku di panti jompo.
Aku belajar bahwa kesuksesan dan kekayaan bukanlah segalanya, dan kebahagiaan sejati hanya bisa didapatkan dengan memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang yang kita sayangi.
Aku juga memutuskan untuk memanfaatkan kekayaanku untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Aku mendirikan yayasan amal untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, terutama orang tua yang kesepian dan kurang diperhatikan oleh keluarga mereka.
Aku berharap dapat membantu mengurangi kesepian dan mendorong lebih banyak orang untuk merawat orang tua mereka dengan lebih baik.
Meskipun hidupku tidak sempurna, tetapi kini aku merasa bersyukur karena akhirnya aku menyadari pentingnya keluarga dan kebahagiaan bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI