Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.
Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu EGO di satu kutub dan KESADARAN sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa.
Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.
Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.
Cerita ini adalah pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga diri dari sombong yang merusak. Dan ketika kita berhasil melawan sombong, kita memasuki perjalanan menuju kesadaran sejati, di mana kita menyadari bahwa tindakan baik kepada orang lain juga adalah tindakan baik kepada diri kita sendiri.
Melalui pemahaman ini, kita dapat merangkul kebaikan, merendahkan ego, dan tumbuh sebagai individu yang lebih bijak dan rendah hati dalam perjalanan hidup ini.
Kesombongan mungkin akan selalu mencoba mengintai kita, tetapi dengan kesadaran dan perubahan paradigma ini, kita dapat melanjutkan perjalanan kita dengan penuh makna dan penuh cinta kepada diri sendiri dan orang lain. Dan pada akhirnya, itulah yang benar-benar penting dalam hidup ini.
Menemukan Keseimbangan dan Kedamaian
Dalam perenungan ini, mari kita mengambil waktu untuk merenungkan dan menggali dalam-dalam tentang benih-benih sombong yang mungkin tumbuh dalam diri kita. Mari kita ingat bahwa kesombongan dapat menghalangi pertumbuhan pribadi dan hubungan yang sehat dengan orang lain.
Namun, mari juga mengingat bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengatasi kesombongan. Dengan kesadaran akan akar kesombongan dalam ego yang berlebihan, kita dapat memilih untuk menjalani hidup dengan rendah hati dan empati.
Melalui pemahaman bahwa tindakan baik kepada orang lain adalah tindakan baik kepada diri kita sendiri, kita dapat merangkul kebaikan sebagai pedoman dalam hidup kita.