Indonesia kehilangan salah satu ikon di dunia otomotif dan bisnis pada tanggal 20 September 2023, dengan berpulangnya Soebronto Laras, atau yang akrab disapa Yonto.
Pria kelahiran Jakarta pada 5 Oktober 1943 ini bukan hanya seorang pengusaha sukses, tetapi juga seorang pembalap dan mekanik berbakat yang memainkan peran penting dalam industri otomotif Indonesia.
Yonto terlahir ke dalam dunia otomotif dengan kecintaannya pada sepeda sejak usia sembilan tahun. Bersama sahabat karibnya, Sophan Sophiaan, dia menjelajahi jalur Cikini-Kebayoran-Diponegoro-Sudirman dengan sepeda, menemukan bahwa olahraga ini menghubungkan berbagai kalangan, tanpa memandang status sosial atau kekayaan.
Pengagagumannya terhadap industri otomotif tidak hanya berhenti pada sepeda. Dia menjalani pendidikan di berbagai tempat, termasuk Paisley College dan London College di Inggris. Kemudian, dia memulai karier pertamanya sebagai Direktur PT First Chemical Industry, lalu menjadi Direktur Utama perusahaan perakitan motor dan mobil Suzuki.
Namun, seperti dalam banyak perjalanan bisnis, ada masa suram. Perusahaan yang dipimpin Yonto hampir bangkrut, tetapi dengan ketekunan dan tekadnya, dia berhasil memulihkan perusahaan tersebut. PT Indomobil Utama pun tumbuh menjadi perusahaan yang megah, dengan omzet tahunan mencapai Rp 150 miliar dan aset senilai Rp 90 miliar.
Prestasinya di dunia bisnis melahirkan pengagum dari berbagai kalangan, termasuk penulis tulisan ini. Saya pertama kali mengagumi Yonto pada era 1980-an ketika saya masih mahasiswa, dan kagum saya semakin bertambah ketika saya menjadi seorang manajer muda di awal 1990-an.
Pertemuan pertama saya dengan Yonto adalah pada tahun 1992, ketika bank tempat saya bekerja mengundangnya dalam sebuah acara Coffee Morning yang bertujuan untuk memotivasi para manajer.
Pertemuan tersebut membuka mata saya lebih luas tentang kepemimpinan dan kesuksesan. Lebih luar biasa lagi, saya kemudian ikut terlibat dalam pelaksanaan kerjasama antara bank tersebut dan PT Indomobil Utama yang dipimpin oleh Soebronto Laras.
Yonto meninggalkan warisan luar biasa di dunia otomotif dan bisnis Indonesia, dan juga menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda yang ingin mencapai kesuksesan dalam bidang yang mereka cintai. Semangatnya dalam bersepeda, dedikasinya dalam komunitas bersepeda, dan kontribusinya dalam industri otomotif akan selalu dikenang.
Selain di dunia persepedaan dan otomotif, almarhum Soebronto Laras waktu remaja pernah pula menjadi gitaris dalam band-nya bersama Guntur Soekarno Putra. Sebuah pengalaman masa muda yang lengkap.
Meskipun Jenazah Almarhum Soebronto Laras telah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada hari Kamis siang (21 September 2023), tetapi semangatnya tidak akan hilang ditelan bumi.
Soebronto Laras merupakan suami almarhumah Herlia Emmi Yani yang merupakan putri Almarhum Jenderal Ahmad Yani. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai dua anak, yang merupakan bagian berharga dari sejarah keluarga yang memperkuat warisan dan pengabdian Soebronto Laras kepada negara dan industri otomotif Indonesia.
Sebelum masuk rumah sakit dan meninggal dunia, pada usia menjelang 80 tahun, Yonto masih menjaga kesehatannya dengan olahraga, dan ia meninggalkan cerita sukses yang akan diabadikan dalam sejarah industri otomotif di Indonesia.
Saya turut berduka cita atas kepergiannya dan mendoakan agar keluarga dan orang-orang yang beliau tinggalkan diberikan ketabahan dalam menghadapi kehilangan ini. Semangat dan warisan Soebronto Laras akan terus bersinar, menginspirasi kita semua untuk meraih kesuksesan dan berkontribusi pada masyarakat dan industri yang kita cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H