Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Menjadi Pelaju Bintaro-Jakarta Pusat dengan Commuter Line Jabodetabek

4 September 2023   14:53 Diperbarui: 4 September 2023   15:02 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu Kereta di Stasiun Tanah Abang sebelum renovasi. Sumber gambar: Merza Gamal

Sejarah Commuter Line

Commuter Line Jabodetabek telah menjadi tulang punggung mobilitas warga Jabodetabek, terutama para pekerja. Dikenal sebagai sarana transportasi yang murah, cepat, aman, dan nyaman, KRL Jabodetabek mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar, menjauhkan kita dari kemacetan lalu lintas yang melelahkan.

Namun, tahukah Anda bahwa sejarah KAI Commuter Line telah berusia lebih dari seratus tahun?

Pada zaman Hindia Belanda, tepatnya sejak tahun 1917, wacana pembangunan jalur kereta api telah disusun oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS).

Proyek ini menghasilkan jalur pertama yang menghubungkan Tanjung Priok dengan Meester Cornelis (Jatinegara) dan beroperasi pada 24 Desember 1924. Pada tahun 1927, kereta api sudah melingkupi Kota Batavia (Jakarta). Inilah awal mula perjalanan panjang KAI Commuter Line.

Pada tahun 2008, anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), didirikan. KCJ bertujuan untuk mengelola jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, dengan 37 rute kereta yang melayani Jakarta Raya.

KCJ menginisiasi modernisasi angkutan KRL pada 2011, dengan menyederhanakan rute menjadi 5 jalur utama, mengenalkan gerbong khusus wanita, dan mengubah KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter.

Renovasi stasiun dan sarana lainnya juga menjadi fokus dalam upaya meningkatkan kenyamanan penumpang. Dengan semua perubahan ini, KAI Commuter Line semakin siap menghadirkan pengalaman yang lebih baik bagi penumpang.

Pada tahun 2017, PT KAI Commuter Jabodetabek berubah nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), menandai ekspansi perusahaan dalam menyelenggarakan layanan kereta api komuter di seluruh Indonesia. Ini adalah awal dari fase baru dalam sejarah KAI Commuter Line yang membawanya lebih jauh lagi.

Pengalaman Menjadi Pelaju Bintaro-Pusat Kota Jakarta (2004-2015): 

Saya ingin mengajak Anda sejenak mengenang tentang perjalanan saya dengan KAI Commuter Line, khususnya dari Bintaro ke Pusat Kota Jakarta, antara tahun 2004 hingga akhir tahun 2015.

Kenangan menjadi pelaju Bintaro-Jakarta Pusat 2004-2015 bersama KRL. Sumber gambar: Merza Gamal
Kenangan menjadi pelaju Bintaro-Jakarta Pusat 2004-2015 bersama KRL. Sumber gambar: Merza Gamal

Setelah menyelesaikan kuliah S1 di Bandung pada tahun 1989, saya memulai karir di ibukota negara. Pada awalnya, saya tinggal dekat dengan kantor, dan saat itu saya menggunakan mobil pribadi untuk bepergian. Namun, pada tahun 2000, tugas kerja membawa saya ke daerah, dan pada tahun 2004, saya kembali ke Jakarta.

Akan tetapi, setelah selesai tugas di daerah dan kembali ke kantor pusat, saya tidak lagi tinggal pada rumah saya di Bekasi, melainkan pindah ke rumah saya di Bintaro.

Di sinilah awal perjalanan saya dengan Kereta Api sebagai moda transportasi sehari-hari ke kawasan Thamrin di Jakarta. Melihat semakin padatnya lalu lintas di Jakarta, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Kereta Rel Listrik (KRL) sebagai cikal bakal KAI Commuter Line. meskipun sering kali harus ikut berdesakan.

Kenagan yang indah walau berdesakan dalam KRL. Sumber gambar: Merza Gamal
Kenagan yang indah walau berdesakan dalam KRL. Sumber gambar: Merza Gamal

Ketika itu Kereta Rel Listrik (KRL) sebagai Commuter Line Jabodetabek masih terbatas, sehingga saya sering juga menumpang Kereta Api (KA) jurusan Rangkas Bitung-Jakarta Kota. Sementara itu KRL dari dan ke Bintaro ada dua, yakni Serpong-Tanah Abang dan Sudimara-Tanah Abang.

Pada saat itu, KA Rangkas Bitung-Jakarta Kota dan KRL Jabodetabek belum semuanya memiliki AC, dan pintu kereta masih terbuka lebar dengan suara yang cukup bising. Beberapa jalur kereta masih tunggal, sehingga jika ada dua kereta yang berlawanan arah, salah satu harus menunggu di stasiun terdekat.

Ketika tidak kebagian KRL, maka siap naik KA Jurusan Rangkas Bitung-Jakarta Kota. Sumber gambar: Merza Gamal
Ketika tidak kebagian KRL, maka siap naik KA Jurusan Rangkas Bitung-Jakarta Kota. Sumber gambar: Merza Gamal

Namun, di tengah semua itu, saya menjadi bagian dari komunitas pelaju dari Bintaro yang dikenal dengan ROBIN (Rombongan Bintaro). Naik kereta api membawa kami lebih dekat dengan sesama penumpang, dan hubungan kami menjadi akrab. Kami berbagi pengalaman dan cerita selama perjalanan kami.

Salah satu kenangan yang tak terlupakan selama perjalanan saya dengan KRL adalah tas Doraemon yang selalu menemani saya. Tas itu berisi berbagai perlengkapan seperti payung, jas hujan, kotak makanan, senter, bahkan pisau lipat dan obeng.

Saat itu, tindakan kejahatan seperti copet sering terjadi, sehingga pisau lipat dan obeng itu menjadi alat untuk menjaga keamanan diri. Senter berguna ketika lampu kereta mati di malam hari yang membuat perjalanan menjadi gelap.

Namun, sejak tahun 2008, segalanya berubah. KAI Commuter Line bertransformasi menjadi layanan yang lebih modern dan nyaman. Semua KRL sudah dilengkapi dengan AC, jalur kereta telah digandakan, sehingga tidak ada lagi menunggu kereta berlawanan arah di stasiun. Suasana dalam kereta pun menjadi lebih nyaman, bersih, dan segar.

Menunggu Kereta di Stasiun Tanah Abang sebelum renovasi. Sumber gambar: Merza Gamal
Menunggu Kereta di Stasiun Tanah Abang sebelum renovasi. Sumber gambar: Merza Gamal

Saya menikmati perjalanan dengan KAI Commuter Line hingga saya pensiun dini pada akhir 2015. Meskipun tidak setiap hari lagi menggunakan KAI Commuter, saya masih sering memilihnya untuk perjalanan di sekitar Jabodetabek.

Bagi saya, KAI Commuter Line adalah pilihan yang nyaman, aman, dan efisien. Ini adalah jawaban bagi mereka yang ingin menghindari kemacetan, mencari parkir, dan mengurangi stres selama perjalanan. Perjalanan saya dengan KRL adalah saksi dari evolusi positif dalam transportasi umum di Jakarta, yang semakin memudahkan dan meningkatkan kualitas hidup warganya.

Pengalaman menjadi pelaju dari Bintaro ke Pusat Kota Jakarta pada tahun 2004 hingga akhir 2015 adalah bagian dari nostalgia pribadi yang berharga. Selama perjalanan ini, saya telah mengalami berbagai tantangan dan perubahan, namun semuanya berujung pada pengalaman yang tak terlupakan.


Saat kita melangkah ke masa depan, mari kita terus mendukung upaya PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dalam menjadikan KAI Commuter Line sebagai pilihan transportasi yang semakin baik.

Menjadi Pelaju dari Bintaro ke Pusat Kota Jakarta bersama KAI Commuter Line. Sumber gambar: Merza Gamal
Menjadi Pelaju dari Bintaro ke Pusat Kota Jakarta bersama KAI Commuter Line. Sumber gambar: Merza Gamal

Selamat ulang tahun yang ke-15 kepada PT KAI Commuter, semoga perjalanan ini terus menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menghadapi tantangan perjalanan kita yang tiada akhir. 

Mari kita terus menikmati perjalanan yang aman, nyaman, dan efisien bersama KAI Commuter Line.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun