Aceh Selatan, sebuah kabupaten yang terletak di bagian barat daya Provinsi Aceh, Indonesia, memiliki kekayaan budaya yang unik dan menarik.Â
Salah satu ciri khas yang membedakan wilayah ini adalah pengaruh budaya Minangkabau yang kuat dalam kehidupan masyarakatnya.
Hal tersebut terlihat melalui keberadaan Suku Aneuk Jamee, yang merupakan suku yang tersebar di sepanjang pesisir barat Nanggroe Aceh Darussalam. Suku Aneuk Jamee di Aceh Selatan telah lama dikenal sebagai komunitas yang memiliki akar budaya dari Minangkabau.
Suku Aneuk Jamee awalnya merupakan tamu atau pendatang. Mereka menggunakan bahasa Jamee, yang diperkirakan merupakan dialek dari bahasa Minangkabau, sebagai bahasa sehari-hari mereka.
"Aneuk Jamee" sendiri merupakan sebutan yang diberikan oleh masyarakat Aceh, yang berarti "tamu" atau "pendatang." Namun, meskipun memiliki akar budaya dari Ranah Minang, Suku Aneuk Jamee telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat di Aceh Selatan selama berabad-abad.
Suku Aneuk Jamee tidak terkonsentrasi pada satu tempat tertentu di Kabupaten Aceh Selatan.
Mereka tersebar di beberapa kecamatan, termasuk Blang Pidie, Susoh, Tangan-Tangan, Labuhan Haji, Sama Dua, Tapaktuan, dan Kandang.Â
Meskipun demikian, keberadaan mereka yang dominan di beberapa kecamatan telah membentuk jejak yang khas dalam kehidupan masyarakat setempat.
Pengaruh budaya Minangkabau dalam bahasa, adat, dan identitas suku Aneuk Jamee mencerminkan kekayaan budaya di wilayah Aceh Selatan.
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Jamee sering digunakan dalam komunikasi di pasar dan kehidupan sosial lainnya, sementara bahasa Aceh juga tetap menjadi bahasa penting bagi masyarakat setempat.Â