Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Dua Saudara yang Berbeda di Suatu Hari Ramadhan

12 April 2023   07:02 Diperbarui: 12 April 2023   07:11 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahmad dan Farhan adalah dua bersaudara sepupu yang sangat akrab dari kecil. Namun, keduanya memiliki keyakinan agama yang berbeda sejak lahir. Ahmad adalah seorang Muslim yang taat, sementara Farhan adalah seorang non Muslim.

Suatu hari, pada bulan Ramadhan, seperti biasanya, Ahmad menjalankan ibadah puasa. Waktu berbuka sudah semakin dekat, namun ia masih sibuk dengan pekerjaannya di kantornya. Ahmad pun mengirim pesan singkat kepada Farhan yang gedung kantornya bertetangga untuk meminta tolong agar Farhan bisa membawakan makanan berbuka puasa untuknya.

Farhan yang merasa senang karena bisa membantu saudaranya, pun langsung menyetujui permintaan Ahmad. Namun, Farhan memiliki ide membuat surprise. Ia memutuskan untuk mentraktir Ahmad makan malam di restoran steak yang ia sukai.

Ahmad merasa sedikit terkejut dan mempertanyakan apakah restoran steak tersebut menyediakan hidangan yang halal atau tidak. Farhan pun menjawab dengan santai bahwa meskipun ia bukan seorang Muslim, namun ia akan memastikan makanan yang ia pesan tidak mengandung bahan yang haram.

Akhirnya, Ahmad dan Farhan pun bertemu di restoran steak yang dipilih oleh Farhan. Mereka memesan hidangan yang mereka sukai dan menikmati makan malam bersama-sama.

Saat waktu berbuka puasa tiba, Ahmad merasa sedikit cemas karena ia harus berbuka dengan makanan yang tidak biasa baginya. Namun, setelah mencoba hidangan yang disajikan, Ahmad merasa sangat kagum dengan rasa dan kualitas makanan di restoran tersebut.

Farhan merasa senang karena bisa memperkenalkan makanan yang baru untuk saudaranya, sementara Ahmad merasa senang bisa merasakan pengalaman yang berbeda dan mendapatkan kenangan yang tak terlupakan bersama saudaranya.

Ketika tiba saatnya untuk membayar, Farhan pun menawarkan untuk membayar tagihan makan malam tersebut. Ahmad merasa senang dan berterima kasih pada saudaranya, sementara Farhan merasa senang karena bisa memberikan sesuatu yang berbeda dan menyenangkan bagi saudaranya.

Setelah selesai makan, Ahmad bersiap-siap untuk pergi ke masjid untuk menjalankan shalat tarawih malam itu. Farhan yang tahu bahwa Ahmad harus berangkat segera, pun menawarkan untuk mengantar saudaranya ke masjid.

Meskipun Farhan sendiri tidak memahami arti dari shalat tarawih, ia tetap berusaha memberikan dukungan untuk saudaranya. Ahmad merasa terharu dengan tindakan saudaranya yang peduli dan rela memberikan waktunya untuk membantu.

Setibanya di masjid, Ahmad pun bergabung dengan jamaah lainnya untuk menjalankan shalat tarawih. Ia merasa tenang dan khusyuk dalam menjalankan ibadah tersebut.

Sementara itu, Farhan menunggu di luar masjid. Ia tidak ingin mengganggu ibadah saudaranya dan memilih untuk menunggu hingga shalat selesai. Selama menunggu, Farhan pun merenungkan tentang arti dari puasa dan shalat bagi saudaranya.

Setelah shalat tarawih selesai, Ahmad pun keluar dari masjid dan menemukan Farhan masih menunggunya di luar. Ahmad merasa senang dan berterimakasih pada saudaranya atas dukungannya.

Farhan pun menawarkan untuk mengantarkan Ahmad pulang ke rumah, dan Ahmad dengan senang hati menerima tawaran tersebut. Selama perjalanan pulang, mereka berbicara tentang pengalaman yang mereka miliki selama hari itu.

Ahmad merasa senang bisa merasakan pengalaman yang berbeda dalam berbuka puasa, sementara Farhan merasa senang bisa membantu saudaranya dan memahami arti pentingnya puasa dan shalat bagi Ahmad.

Ketika tiba di rumah Ahmad, Farhan pun berpamitan dan berjanji untuk bertemu lagi di hari berikutnya. Ahmad merasa terharu dengan tindakan saudaranya yang peduli dan menghargai keyakinannya, sementara Farhan merasa senang bisa memberikan dukungan dan cinta kepada saudaranya.

Meskipun memiliki keyakinan agama yang berbeda, Ahmad dan Farhan tetap bisa saling mendukung dan menghargai satu sama lain. Mereka memilih untuk fokus pada persamaan mereka sebagai saudara, bukan perbedaan keyakinan agama yang mereka miliki.

Akhir dari cerita ini menyiratkan bahwa meskipun beda keyakinan, keduanya tetap memiliki hubungan yang baik dan saling menghargai, bagaimana menurut Kompasianer?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun