Mereka juga mengalami perdebatan dan konflik tentang perbedaan nilai dan keyakinan mereka, terutama seputar agama dan budaya. Ayah Reda, sebagai seorang Muslim yang konservatif, sangat memperhatikan tradisi agama, sementara Reda  tidak terlalu religius.
Meskipun demikian, perjalanan ini membuka peluang untuk keduanya untuk saling memahami dan menghargai satu sama lain, serta meningkatkan hubungan antara ayah dan anak tersebut. Saat mereka mengalami kesulitan dan tantangan, mereka juga menemukan cara untuk bersama-sama mengatasi masalah.
Salah satu momen paling penting dalam film ini adalah ketika ayah Reda jatuh sakit dan harus dibawa ke rumah sakit di Aljazair. Reda kemudian menemukan dirinya sendirian dan merasa terisolasi ketika ia menghabiskan malam sendirian di hotel sambil menunggu ayahnya yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Pengalaman itu membuka pikiran Reda tentang nilai-nilai agama dan budaya ayahnya dan memberikan kesempatan untuk lebih memahami dan menerima perbedaan di antara mereka.
Selama perjalanan dari Paris ke Mekkah, Reda dan ayahnya bertemu dengan berbagai orang dari berbagai latar belakang yang memberikan pengalaman dan pemahaman baru kepada mereka. Saat perjalanan mereka menuju Mekkah, Reda dan ayahnya menemukan diri mereka terjebak di tengah-tengah padang pasir ketika mobil mereka rusak. Mereka kemudian bertemu dengan seorang keluarga Maroko yang tinggal di Spanyol yang memberikan bantuan kepada mereka. Pertemuan ini menunjukkan bahwa pada akhirnya manusia di seluruh dunia memiliki kesamaan dan kemanusiaan yang sama.
Pengalaman lain yang mengesankan adalah saat mereka berada di Aljazair, Reda dan ayahnya bertemu dengan sekelompok orang asli setempat yang membantu mereka menyelesaikan masalah mobil mereka yang rusak. Pertemuan ini memperlihatkan bahwa orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Dan juga tak kalah penting, pengalaman setelah mereka tiba di Mekkah, Reda dan ayahnya bergabung dengan jamaah haji lainnya yang datang dari seluruh dunia. Pertemuan ini memberikan pengalaman spiritual yang mengesankan dan memperlihatkan beragamnya tradisi dan budaya yang ada di seluruh dunia.
Pertemuan-pertemuan dengan berbagai orang tersebut memberikan pengalaman yang berharga bagi Reda yang membuatnya belajar untuk menghargai keberagaman dan memahami bahwa meskipun ada perbedaan dalam budaya dan latar belakang, manusia pada dasarnya memiliki kesamaan dan kemanusiaan yang sama.
Akhirnya, ayah dan anak tersebut tiba di Mekkah, namun sayangnya ayah Reda meninggal di Mekkah. Adegan mengharukan di Mekkah adalah ketika Reda yang tidak ikut menunaikan ibadah haji kehilangan Ayahnya. Reda mencari Ayahnya di tengah-tengah umat yang memakai ihram, sementara dia berbaju kaus coklat, sehingga terlihat sangat kontras. Reda akhirnya menemukan Ayahnya sudah meninggal. Di sini dia tersadar dan ikut memandikan jenazah Ayahnya.
Reda pun melanjutkan perjalanan pulang sendirian dengan membawa koper ayahnya. Kisah film "Le Grand Voyage" menceritakan sebuah perjalanan spiritual yang membawa Reda ke pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai agama dan pentingnya menjaga hubungan keluarga yang kuat.
Film ini sangat layak ditonton sebagai penambah wawasan di bulan Ramadhan. Film "Le Grand Voyage" didukung dengan akting Nicolas Cazal (Reda) dan Mohamed Majd (sang ayah) yang terlihat begitu natural. Nicolas dengan peran Reda, mendapat award sebagai best actor dalam Newport International Film Festival.
Tidak banyak film produk internasional yang mengangkat tema Islam. Semoga, ke depan akan semakin banyak film-film (religi) internasional yang berkualitas seperti ini. Setidaknya dapat menjadi 'kompor' menuju kebaikan.