Film-film bertema keislaman memang jarang diproduksi oleh negara-negara Eropa. Selain memang mengangkat tema yang sensitif, pengangkatan film bertemakan agama juga terkadang menimbulkan protes keras dari negara-negara Islam yang menilai film tak mencerminkan atau menerjang kaidah-kaidah keislaman. Namun, tak demikian dengan film berjudul "Le Grand Voyage".
Film "Le Grand Voyage" produksi Perancis ini menjadi salah satu film berlatarkan Islam yang sukses diterima di pasaran. Selain itu, "Le Grand Voyage" juga menjadi film yang mendapatkan apresiasi positif di kalangan masyarakat Islam. Film "Le Grand Voyage" diproduksi tahun 2004 disutradarai oleh Ismal Ferroukhi dan dibintangi oleh Nicolas Cazal dan Mohamed Majd.
"Le Grand Voyage" bercerita tentang perjalanan ayah dan anak dari Prancis ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Film ini mengangkat tema tentang agama, budaya, dan hubungan antara ayah dan anak.
Film "Le Grand Voyage" mendapatkan sambutan yang positif dari kritikus dan meraih berbagai penghargaan di festival film internasional, termasuk penghargaan untuk "Best Film" di Festival Film Venesia pada tahun 2004. Film ini juga mendapat nominasi di ajang penghargaan Csar Award di Prancis.
Meskipun sudah cukup lama sejak rilisnya pada tahun 2004, "Le Grand Voyage" masih dianggap sebagai salah satu film Perancis yang penting dan layak untuk ditonton.
"Le Grand Voyage" dimulai dengan seorang remaja bernama Reda (diperankan oleh Nicolas Cazal) yang tinggal di Prancis dengan keluarganya. Ayahnya, seorang muslim asal Maroko telah tinggal di Perancis selama 30 tahun, ingin pergi haji ke Mekkah sebelum meninggal. Khalid, kakak Reda, seharusnya mengantar ayah mereka, tetapi dia tidak dapat melakukannya karena SIM-nya dicabut setelah melanggar lampu merah.
Meskipun Reda tidak tertarik pada perjalanan itu, ia akhirnya bersedia untuk menemani Ayahnya. Perjalanan itu dimulai dengan mereka mengemudi dari Prancis ke Spanyol dan kemudian melintasi Afrika Utara. Perjalanan mereka dimulai dari Perancis, melewati Italia, Slovenia, Kroasia, Yugoslavia, Bulgaria, Turki, Syria dan Yordania.
Selama perjalanan, Reda dan ayahnya sering bertengkar karena perbedaan pendapat mereka. Reda juga berusaha untuk memenuhi kewajibannya untuk ujian SMA, tetapi perjalanan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Mereka juga bertemu dengan seorang wanita bisu yang membantu mereka menemukan jalan. Saat mereka sampai di Bulgaria, mereka harus menghadapi badai salju dan ayah Reda sakit. Namun, ayah Reda terus bertahan karena ingin segera sampai di Mekkah.
Saat mereka sampai di Turki, mereka bertemu dengan seorang pria yang menawarkan untuk menumpang dengan mereka dan pergi ke Mekkah bersama-sama. Reda percaya pada pria itu dan membawanya clubbing dan mabuk-mabukan. Namun, ketika mereka bangun tidur, pria itu telah mencuri uang ayah Reda dan menghilang.
Selama perjalanan, ayah dan anak tersebut mengalami banyak tantangan dan situasi yang sulit, seperti mobil mereka rusak di tengah padang pasir, dan mereka harus mencari bantuan dari orang asli setempat.
Mereka juga mengalami perdebatan dan konflik tentang perbedaan nilai dan keyakinan mereka, terutama seputar agama dan budaya. Ayah Reda, sebagai seorang Muslim yang konservatif, sangat memperhatikan tradisi agama, sementara Reda  tidak terlalu religius.
Meskipun demikian, perjalanan ini membuka peluang untuk keduanya untuk saling memahami dan menghargai satu sama lain, serta meningkatkan hubungan antara ayah dan anak tersebut. Saat mereka mengalami kesulitan dan tantangan, mereka juga menemukan cara untuk bersama-sama mengatasi masalah.
Salah satu momen paling penting dalam film ini adalah ketika ayah Reda jatuh sakit dan harus dibawa ke rumah sakit di Aljazair. Reda kemudian menemukan dirinya sendirian dan merasa terisolasi ketika ia menghabiskan malam sendirian di hotel sambil menunggu ayahnya yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Pengalaman itu membuka pikiran Reda tentang nilai-nilai agama dan budaya ayahnya dan memberikan kesempatan untuk lebih memahami dan menerima perbedaan di antara mereka.
Selama perjalanan dari Paris ke Mekkah, Reda dan ayahnya bertemu dengan berbagai orang dari berbagai latar belakang yang memberikan pengalaman dan pemahaman baru kepada mereka. Saat perjalanan mereka menuju Mekkah, Reda dan ayahnya menemukan diri mereka terjebak di tengah-tengah padang pasir ketika mobil mereka rusak. Mereka kemudian bertemu dengan seorang keluarga Maroko yang tinggal di Spanyol yang memberikan bantuan kepada mereka. Pertemuan ini menunjukkan bahwa pada akhirnya manusia di seluruh dunia memiliki kesamaan dan kemanusiaan yang sama.
Pengalaman lain yang mengesankan adalah saat mereka berada di Aljazair, Reda dan ayahnya bertemu dengan sekelompok orang asli setempat yang membantu mereka menyelesaikan masalah mobil mereka yang rusak. Pertemuan ini memperlihatkan bahwa orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Dan juga tak kalah penting, pengalaman setelah mereka tiba di Mekkah, Reda dan ayahnya bergabung dengan jamaah haji lainnya yang datang dari seluruh dunia. Pertemuan ini memberikan pengalaman spiritual yang mengesankan dan memperlihatkan beragamnya tradisi dan budaya yang ada di seluruh dunia.
Pertemuan-pertemuan dengan berbagai orang tersebut memberikan pengalaman yang berharga bagi Reda yang membuatnya belajar untuk menghargai keberagaman dan memahami bahwa meskipun ada perbedaan dalam budaya dan latar belakang, manusia pada dasarnya memiliki kesamaan dan kemanusiaan yang sama.
Akhirnya, ayah dan anak tersebut tiba di Mekkah, namun sayangnya ayah Reda meninggal di Mekkah. Adegan mengharukan di Mekkah adalah ketika Reda yang tidak ikut menunaikan ibadah haji kehilangan Ayahnya. Reda mencari Ayahnya di tengah-tengah umat yang memakai ihram, sementara dia berbaju kaus coklat, sehingga terlihat sangat kontras. Reda akhirnya menemukan Ayahnya sudah meninggal. Di sini dia tersadar dan ikut memandikan jenazah Ayahnya.
Reda pun melanjutkan perjalanan pulang sendirian dengan membawa koper ayahnya. Kisah film "Le Grand Voyage" menceritakan sebuah perjalanan spiritual yang membawa Reda ke pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai agama dan pentingnya menjaga hubungan keluarga yang kuat.
Film ini sangat layak ditonton sebagai penambah wawasan di bulan Ramadhan. Film "Le Grand Voyage" didukung dengan akting Nicolas Cazal (Reda) dan Mohamed Majd (sang ayah) yang terlihat begitu natural. Nicolas dengan peran Reda, mendapat award sebagai best actor dalam Newport International Film Festival.
Tidak banyak film produk internasional yang mengangkat tema Islam. Semoga, ke depan akan semakin banyak film-film (religi) internasional yang berkualitas seperti ini. Setidaknya dapat menjadi 'kompor' menuju kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H