Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tantangan Mendesak untuk Menangani Mobilitas Perkotaan yang Semakin Kompleks

31 Maret 2023   09:29 Diperbarui: 31 Maret 2023   09:49 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan lalu lintas, perjalanan panjang, kebisingan, dan polusi telah menjadi penyakit utama dalam kehidupan perkotaan. Ketika populasi global tumbuh dan menjadi semakin urban, masalah ini cenderung meningkat.

Pada masa sekarang populasi dunia yang tinggal di kota sudah mencapai 56 persen. Diperkirakan pada tahun 2050, hampir tujuh puluh persen, masyarakat dunia tinggal di perkotaan. Ironinya, sebagian besar kota-kota berkembang tanpa proyeksi pertumbuhan penduduk, sehingga bergulat dengan volume transportasi yang memberi tekanan pada ruang dan infrastruktur perkotaan.

Sebenarnya, kota dapat melindungi atau membangun kembali lingkungan untuk memastikan mereka tetap menjadi ruang yang hidup dengan memanfaatkan teknologi untuk mengelola infrastruktur transportasi yang ada secara efisien. Sebagai contoh, beberapa kota yang berpikiran maju sedang mencari cara untuk mengurangi kemacetan jalan, mengurangi emisi, dan menjaga lingkungan dan ruang hijau. Dengan demikian dapat meningkatkan kualitas hidup di perkotaan.

Ratusan proyek telah dirancang untuk meningkatkan sistem transportasi di tingkat kota di seluruh dunia, sebagaimana yang disampaikan dalam laporan McKinsey, "Urban Transportation Systems of 25 Global Cities" (Sistem transportasi perkotaan dari 25 kota global). Proyek tersebut meliputi pengembangan infrastruktur angkutan umum, digitalisasi proses sistem transportasi, dan perluasan infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda.

Misalnya, kota Amsterdam yang membuat keputusan strategis untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi sejak tahun 1970-an kini berencana menerapkan hub mobilitas yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi dengan opsi mobilitas bersama seperti sepeda listrik atau skuter. Demikian pula dengan kota Paris yang berencana untuk menambah jalur sepeda terpisah sepanjang 180 km dan melipatgandakan jumlah tempat parkir sepeda di seluruh kota.

Pemecahan masalah untuk mobilitas perkotaan merupakan tantangan yang mendesak, dan sangat kompleks, karena melibatkan berbagai moda transportasi. Tantangan tersebut termasuk infrastruktur jalan dan jaringan transportasi umum yang harus ditangani oleh berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, pemerintah kota, dewan kota, dan penyedia layanan.

Perlu diingat bahwa apa yang berhasil di satu kota mungkin tidak berhasil di kota lain. Solusi seringkali khusus untuk kota tertentu dan dirancang terlebih dahulu. Artinya sulit untuk ditiru dan diskalakan. Selain itu, penerapan dan perlindungan prinsip kesetaraan, yang mensyaratkan sistem transportasi untuk menyediakan semua penduduk dengan tingkat akses yang sama tanpa diskriminasi, merupakan hal yang sangat penting saat menangani tantangan mobilitas.

Kemajuan teknologi dan infrastruktur digital sejatinya dapat merespons tren dalam mengatasi masalah yang dihadapi banyak kota yang memengaruhi mobilitas perkotaan. Namun, tantangan utama penerapan teknologi dan inovasi dalam skala besar adalah bahwa proses koneksi dan/atau pertukaran data antara infrastruktur dan pengguna harus mematuhi peraturan privasi dan perlindungan data lokal yang berubah sesuai dengan geografi tertentu.

Kota memungkinkan interaksi sosial dan memacu inovasi. Akibatnya, mereka menjadi bagian integral dari ekonomi global yang menghasilkan lebih dari 80 persen PDB global. Konsekuensinya, jaringan jalan perkotaan merupakan pendukung penting pertumbuhan ekonomi dan akses ke layanan. Akan tetapi, kepadatan dan perluasan kota memberi tekanan pada sumber daya.

Kota mewakili dua pertiga konsumsi energi global dan menyumbang lebih dari 70 persen emisi gas rumah kaca.5 Mengingat ukuran jaringan transportasi, setiap perubahan terkait keberlanjutan memiliki potensi signifikan untuk mengurangi emisi, polusi, dan kemacetan. Namun, sistem lalu lintas menjadi lebih kompleks untuk diatur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun