Baru saja runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) Financial Group menghebohkan dunia, tiba-tiba dunia dikagetkan kembali oleh krisis Credit Suisse. Dampak krisis Credit Suisse jauh lebih mengguncang perekonomian dunia dibandingkan dengan runtuhnya SVB jika tidak segera tertangani. Sebagai salah satu bank investasi terbesar di dunia, kegagalan Credit Suisse dapat memicu ketidakstabilan di pasar keuangan global.
Apabila Credit Suisse tidak mampu memperbaiki krisis yang dialaminya, maka akan dapat memicu kekhawatiran bahwa bank-bank investasi lainnya juga dapat mengalami masalah yang sama. Kondisi tersebut dapat memicu gelombang kekhawatiran dan ketidakstabilan di pasar keuangan global.
Selain itu, hal tersebut juga dapat mempengaruhi reputasi Swiss sebagai pusat keuangan global. Swiss sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu pusat keuangan terbesar di dunia. Kegagalan Credit Suisse dapat memicu kekhawatiran dan keraguan banyak pihak pada lembaga keuangan Swiss lainnya.
Credit Suisse telah mengalami beberapa masalah besar dalam beberapa tahun terakhir yang  dimulai pada tahun 2019. Saat itu Credit Suisse mengumumkan bahwa mereka akan melakukan restrukturisasi untuk mengurangi biaya dan meningkatkan kinerja keuangannya. Pada saat yang sama, Credit Suisse juga meluncurkan inisiatif besar untuk mengambil risiko lebih sedikit dan memprioritaskan risiko yang lebih kecil.
Namun masalah di atas belum selesai, Credit Suisse mengalami kerugian besar dari hedge fund Archegos Capital Management pada awal tahun 2021. Archegos gagal membayar margin pada beberapa posisi besar di pasar saham dan menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai $4,7 miliar. Kondisi tersebut membuat Credit Suisse kehilangan kepercayaan investor.
Masalah krisis Credit Suisse semakin memburuk ketika Credit Suisse juga terkena dampak dari kebangkrutan perusahaan keuangan asal Inggris, Greensill Capital pada April 2021. Sebelumnya, Credit Suisse telah menyediakan dana untuk produk investasi yang didukung oleh Greensill, dan ketika Greensill bangkrut, Credit Suisse mengalami kerugian besar.
Akibat dari dua kejadian tersebut, Credit Suisse mulai kehilangan kepercayaan investor dan menurunkan reputasinya sebagai salah satu bank investasi terbesar di dunia. Pada akhirnya, CEO Credit Suisse, Thomas Gottstein, mengumumkan pengunduran dirinya pada April 2021. Kemudian, Credit Suisse melakukan perubahan besar-besaran dalam manajemen dan operasinya untuk memperbaiki situasi keuangannya dan memulihkan kepercayaan investor.
Namun tampaknya, meskipun berbagai tindak telah dilakukan oleh manajemen Credit Suisse, pada bulan Februari 2023 Credit Suisse mengkonfirmasi bahwa nasabah dan klien mereka telah menarik dana 110 miliar franc Swiss ($119 miliar) pada kuartal keempat 2022. Sementara itu, Credit Suisse menderita kerugian tahunan terbesar sebesar 7,29 miliar franc Swiss sejak krisis keuangan. Pada bulan Desember 2022, Credit Suisse telah menarik investor sebesar 4 miliar franc Swiss.
Hal yang menambah berat krisis Credit Suisse adalah pengumuman Saudi National Bank (1180.SE), pendukung utama bank Credit Suisse, yang mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu (15 Maret 2023) bahwa mereka tidak dapat memberikan lebih banyak dana kepada Credit Suisse karena dibatasi oleh rintangan peraturan.
Selama dua belas bulan terakhir, saham Credit Suisse telah kehilangan lebih dari 75% nilainya. Namun hingga saat ini, belum ada informasi yang jelas mengenai pihak mana yang akan membantu Credit Suisse dalam mengatasi masalah keuangan yang dihadapinya. Sebagai bank investasi terbesar di Swiss, Credit Suisse memiliki akses ke jaringan dan sumber daya yang luas di seluruh dunia, termasuk klien korporat dan individu yang kaya yang mungkin bisa membantu krisis Credit Suisse.