Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hambatan Perekonomian Asia Mulai Mereda; Akankah Segera Pulih Kembali?

21 Februari 2023   19:29 Diperbarui: 21 Februari 2023   19:30 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinyal dalam data tentang efek putaran kedua masih beragam. Hal tersebut, meningkatkan ketidakpastian bagi pembuat kebijakan. Inflasi yang terjadi di Jepang masih menjadi risiko dua sisi, namun lebih banyak fleksibilitas dalam imbal hasil jangka panjang akan membantu menghindari perubahan mendadak di kemudian hari.

Image Prakiraan ekonomi Asia yang tercermin dari pertumbuhan GDP Real 2022-2024 (File by Merza Gamal)
Image Prakiraan ekonomi Asia yang tercermin dari pertumbuhan GDP Real 2022-2024 (File by Merza Gamal)

Dinamisme pembaruan ekonomi China dapat memberikan tekanan pada harga komoditas dan jasa global. Tekanan tersebut terutama pada negara-negara yang mengharapkan kebangkitan kembali pariwisata. Dengan demikian, menurut IMF, bank sentral di negara-negara Asia harus melangkah hati-hati dengan menegaskan kembali komitmennya terhadap stabilitas harga.

Harga komoditas yang melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina, telah menekan importir energi Asia awal tahun 2022 lalu. Akan tetapi, pada saat yang sama, melonjaknya biaya pengapalan menaikkan biaya barang impor, dengan dampak yang sangat kuat di Negara Kepulauan Pasifik. Namun, penurunan yang stabil baru-baru ini pada kedua faktor tersebut telah mengurangi tekanan neraca berjalan dan inflasi.

Percepatan pertumbuhan jangka pendek di China yang diperkirakan akan menghasilkan limpahan positif. Namun demikian, apabila terjadi perlambatan di tahun-tahun mendatang akan membebani prospek pertumbuhan di seluruh rantai pasokan Asia yang sangat terintegrasi hingga seluruh dunia. Kondisi tersebut bisa membuat reformasi untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan jangka panjang di seluruh Asia.

Terjadinya defisit fiskal selama pandemi dan suku bunga jangka panjang yang lebih tinggi dalam setahun terakhir menambah beban utang publik. Beberapa negara Asia menghadapi kesulitan utang. Untuk itu, otoritas negara-negara tersebut harus melanjutkan rencana untuk konsolidasi fiskal secara bertahap, dan memastikan bahwa kebijakan moneter dan fiskal tidak bertentangan dengan tujuan kestabilan ekonomi.

Walaupun krisis ekonomi terlihat mereda di kawasan Asia, namun banyak pula negara Asia yang menghadapi kerentanan keuangan yang tinggi. Leverage (hutang) yang tinggi di seluruh sektor rumah tangga dan perusahaan, serta paparan bank yang signifikan terhadap penurunan real estat. Kondisi tersebut menunjukkan terjadinya pertukaran kebijakan yang halus antara mengendalikan inflasi dan memastikan stabilitas keuangan, serta kebutuhan untuk memperkuat kerangka resolusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun