Dani Rodrik, seorang profesor Universitas Harvard, dalam bukunya tahun 1997, "Has Globalization Gone Too Far?", merupakan salah satu orang pertama yang memperingatkan risiko reaksi populer terhadap globalisasi.
Dani Rodrik ketika itu mengingatkan bahwa Globalisasi membuka celah sosial antara mereka yang memiliki pendidikan, keterampilan, dan mobilitas untuk berkembang di pasar dunia yang tak terkekang -yang tampak sebagai "pemenang"- dengan mereka yang tidak memiliki semua itu. Para "pecundang" mencemaskan standar hidup mereka dan posisi mereka yang genting dalam ekonomi dunia yang terintegrasi. Globalisasi menyebabkan ketegangan yang parah antara pasar dan sektor-sektor masyarakat yang luas, dengan pemerintah terjebak di tengah-tengah.
Selama lebih dari seperempat abad, Dani Rodrik telah membunyikan lonceng peringatan tentang bahaya globalisasi, namun dalam waktu yang lama, sepertinya tidak banyak orang yang mendengarkannya. Namun, saat ini kondisi berubah karena rekor ketidaksetaraan ekonomi, iklim dalam krisis, dan guncangan keuangan global akibat pandemi COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina telah mengungkap kerentanan dan kekurangan globalisme yang tidak terkendali dan ortodoksi neoliberal tentang keunggulan pasar.
Berubahnya kondisi dunia, sebagian pakar dan tokoh publik meramalkan kehancuran globalisasi. Â Akan tetapi sebaliknya, Dani Rodrik menyatakan, "Apa yang kita saksikan bukanlah keruntuhan globalisasi. Ini lebih merupakan pembentukan kembali,". Ketika para sebagian orang mungkin tergoda untuk melihat ke belakang sebagai pembenaran, Rodrik malah memilih untuk mencari solusi.
Rodrik mengatakan bahwa menemukan jalan ke depan untuk ekonomi dunia akan membutuhkan dua jenis pemikiran, yaitu:
- Gambaran kecil: tentang bagaimana menciptakan pekerjaan yang baik dengan cara yang adil dalam situasi tertentu;
- Gambaran besar: membayangkan kemungkinan masa depan dan seperti apa ekonomi pasca globalisme yang lebih inklusif.
Dani Rodrik mengatakan kedua gambaran tersebut juga berarti membebaskan wacana politik dan ekonomi dari apa yang dia sebut sebagai "penjara ideologi". Â Penjara ideologi secara kaku membatasi kemampuan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan solusi di luar pendekatan pasar sentris.
Demikian pula penelitian terbaru dari McKinsey Global Institute (MGI) menyatakan bahwa Globalisasi tidak akan hilang, tetapi sedang berubah. Fakta bahwa barang-barang tertentu tumbuh lebih lambat daripada jenis aliran lainnya menunjukkan pergeseran dalam ekonomi dan apa yang paling penting bagi cara ekonomi berfungsi.
Kondisi tersebut muncul melalui sejarah panjang berbagai faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pergeseran dalam cara pola kerja. Hal yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa berbagai negara memproduksi lebih banyak di dalam negeri (pertama dan terutama adalah China) yang mendorong banyak aliran turun selama sepuluh tahun terakhir dibandingkan sebelumnya.
Namun demikian, setiap wilayah di dunia masih bergantung pada wilayah signifikan lainnya untuk setidaknya 25 persen aliran yang paling dihargai. Secara umum, wilayah yang merupakan wilayah manufaktur, yaitu: Eropa, Asia-Pasifik, dan China merupakan ekonomi yang besar yang sangat bergantung pada sumber daya dunia lainnya, seperti kebutuhan makanan sampai tingkat tertentu, energi dan mineral dari jenis yang berbeda dengan yang dimiliki.
China mengimpor lebih dari 25 persen mineralnya, dari tempat-tempat yang jauh seperti Brasil, Chili, dan Afrika Selatan. China mengimpor energi, terutama dalam bentuk minyak dari Timur Tengah dan Rusia. Eropa sangat bergantung pada Rusia untuk lebih dari 50 persen energinya.