Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Child Free di Luar Nalar bagi Pasangan yang Berjuang untuk Mendapatkan Bayi

10 Februari 2023   13:51 Diperbarui: 10 Februari 2023   14:44 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini di Kompasiana lagi ramai pembahasan isu child free. Banyak yang mempertanyakan dan membahas hal tersebut sebagai menyalahi kodrat sebagai manusia yang ingin melanjutkan keturunan. 

Namun, tak sedikit yang mendukung, baik secara tersurat maupun tersirat dari berbagai artikel maupun komen-komen yang menanggapi artikel tersebut.

Sebagai salah satu orang yang sudah manula dan dianggap kolot oleh sebagian Kompasianer dan masyarakat umum di luar sana, isu keinginan child free bagi generasi sekarang terasa bagaikan sesuatu yang tidak alami dan mengingkari kodrat.

Sebagai pengalaman pribadi, Kakek Merza pernah mengalami betapa rindunya punya anak sendiri. Dari masih remaja, Kakek Merza sudah suka dengan bayi dan anak-anak. 

Oleh karena itu banyak ponakan-ponakan yang sekarang sudah pada punya anak menjelang remaja, sangat lengket dengan Kakek Merza dari bayi hingga mereka sudah jadi orangtua saat ini. Hal tersebutlah yang menyebabkan sebutan Kakek Merza sudah ada dari tahun 2005, saat Kakek Merza masih berusia kepala empat.

Kakek Merza, secara usia cukup lambat dikaruniakan Allah untuk mendapatkan titipan bayi kandung. Setelah menikah pada tahun 1994, istri Kakek Merza mengalami keguguran sebanyak 4 kali sebelum lahirnya si sulung. 

Istri Kakek Merza ternyata memiliki antibody tinggi di atas normal, sehingga setiap benda asing di tubuh istri Kakek Merza dilawan oleh antibody tersebut, termasuk janin yang sedang dikandung.

Setiap kehamilan memasuki bulan ke-4, pertumbuhan janin dalam Rahim istri Kakek Merza berhenti. Kemudian karena tidak ada perkembangan, setelah kehamilan genap 4 bulan, terpaksa harus dikeluarkan melalui tindakan kuretase. Hal tersebut baru diketahui penyebabnya setelah keguguran yang kedua. Kemudian, istri Kakek Merza pun mengikuti pengobatan agar saat hamil tidak mengalami lagi hal yang sama.

Namun demikian, pada saat kehamilan ketiga, masalah yang sama tetap terjadi. Setelah keguguran kembali, istri Kakek Merza terus menjalani proses pengobatan. Ketika enam bulan berlalu setelah keguguran terakhir, dokter pun mempersilahkan kami untuk program kehamilan kembali.

Akan tetapi, takdir Allah untuk memiliki bayi kandung masih belum waktunya untuk kami. Pada kehamilan ke-4 kami mulai harap-harap cemas, ketika lewat bulan ke-4 janin masih berkembang, tidak berhenti seperti kehamilan-kehamilan sebelumnya.

Dalam kehamilan ke-4 ini, istri Kakek Merza mendapat terapi suntikan hormon di perutnya setiap minggu untuk menjaga perkembangan janin. Terapi itu cukup mahal pada masa itu. Sekali suntik butuh dana lebih dari Rp300.000,-. Saat itu, satu dollar masih Rp 425,- Pada saat ini, harga sekali suntik tersebut sekitar Rp 10.000.000,-.

Rupanya, nasib baik untuk mendapatkan bayi belum berpihak kepada kami. Pada kehamilan 6 bulan, istri saya mengalami pendarahan. Singkat cerita, janin harus kembali dikeluarkan melalui tindakan kuretase.

Keluarga kami, baik dari pihak Kakek Merza maupun dari pihak istri, menasehati untuk menerima takdir dan jangan lagi berharap punya anak kandung. Akan tetapi, istri Kakek Merza memang luar biasa tekadnya untuk mendapatkan bayi. 

Tanpa menyerah, dia kembali melakukan terapi dengan dokter konsultan masalah obgyn. Setelah diperkenankan hamil kembali, Kakek Merza dan istri pergi umrah ke Tanah Suci untuk memperkuat ikhtiar dengan doa di Baitullah. Alhamdulillah, bulan depan sepulang umrah ketika diperiksa dokter, istri Kakek Merza kembali hamil untuk yang ke-5.

Image: Ikhitiar dan umrah untuk persiapan hamil ke-5 dan alhamdulillah lahir bayi yang sehat dan cantik (by Merza Gamal)
Image: Ikhitiar dan umrah untuk persiapan hamil ke-5 dan alhamdulillah lahir bayi yang sehat dan cantik (by Merza Gamal)

Oleh karena pengalaman yang lalu, setelah kehamilan lewat dari 3 bulan, istri Kakek Merza harus menjalani bedrest hingga masa kelahiran datang. Di samping itu, seperti kehamilan sebelumnya, untuk mempertahankan perkembangan janin harus disuntik hormon di perut setiap mingggu dengan harga obatnya sekitar USD 700. Walaupun kata orang upaya mendapatkan bayi yang mahal, tetapi tetap kami jalani.

Alhamdulillah, pekan ke pekan, bulan ke bulan berlalu, kehamilan memasukis bulan ke-9. Ada lagi cobaan yang harus kami hadapi. Ketika pemeriksaan terakhir, semuanya baik-baik saja, janin dalam kondisi sehat. Namun, sepekan kemudian saat check menjelang pekan kelahiran, ternyata berat janin berkurang dari berat sepekan sebelumnya. Tetapi, detak jantung dan lain-lainnya normal. Dokter pun memutuskan untuk operasi hari itu juga. Hari itu bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Kakek Merza pun langsung mengurus segala administrasi operasi dan mendapatkan kamar perawatan. Begitu semua urusan administrasi selesai, istri Kakek Merza pun masuk kamar dan menjalani segala pemeriksaan dan persiapan sebelum operasi dijalankan. Untungnya di mobil Kakek Merza sejak pemeriksaan sepekan yang lalu telah membawa koper dan segala peralatan yang dibutuhkan selama bersalin untuk emergency.

Operasi direncanakan jam 17.30, dan satu jam sebelumnya istri Kakek Merza pun sudah dibawa ke ruang operasi. Namun karena berdekatan dengan waktu buka puasa, dan melihat kondisi istri Kakek Merza yang masih bisa menunggu, maka para dokter dan tenaga kesehatan berbuka puasa terlebih dahulu. Baru setelah buka puasa selesai, operasi dijalankan.

Kakek Merza dan keluarga yang menyusul ke rumahsakit menunggu harap-harap cemas berlangsungnya operasi tersebut. Kami pun berbuka puasa kurang tenang, grasak grusuk ketika itu.

Sekitar satu jam setelah dikabarkan operasi telah berjalan, Kakek Merza pun dipanggil ke dalam ruang operasi. Alhamdulillah, si sulung yang telah ditunggu bertahun-tahun, akhirnya lahir dengan selamat, lengkap segala tubuh dan paca inderanya. Kemudian bayi itupun segera diazankan dan di-iqomat-kan.

Ketika bayi dibawa ke ruang bayi, semua keluarga berebut untuk menyaksikan. Semua berseru, "alhamdulillah, cantik bagai bidadari".

Empat tahun berselang, adiknya, seorang bayi lelaki ganteng pun menyusul kakaknya hadir di dunia. Dan keajaiban dari Allah pun datang, ketika kami sudah merasa lengkap dengan sepasang anak yang cantik dan ganteng, tiba-tiba tiga tahun kemudian, istri saya dinyatakan positif padahal kami sudah melakukan sistem kalender untuk tidak ada lagi pertemuan sperma dan ovum. Kami kembali dikaruniakanNya bayi ketiga saat usia kami menjelang 40 tahun.

Dari kisah kami yang begitu besar perjuangannya untuk mendapatkan bayi, baik tenaga, pikiran, dan biaya yang tidak sedikit, rasanya menjadi sesuatu yang di luar nalar Kakek Merza, orang yang kolot ini, jika banyak Kompasianer yang mendukung dan ingin child free dengan berbagai alasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun