Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

PHK Besar-besaran Bukan Berarti Bisnisnya Bangkrut

9 Februari 2023   17:25 Diperbarui: 14 Februari 2023   10:31 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senada dengan itu, CEO Salesforce Marc Benioff mengutip "penurunan ekonomi yang kita hadapi sekarang" sebagai alasan pengurangan 10% jumlah insan perusahaan.

Di lain kesempatan, Workday memberhentikan 3% tenaga kerjanya berdasarkan "lingkungan ekonomi global yang menantang bagi perusahaan dari semua ukuran". 

Kemudian, CEO PayPal, Dan Schulman, menyampaikan keputusan perusahaannya untuk memberhentikan 2.000 pekerja karena "lingkungan ekonomi makro yang menantang."

Namun dalam banyak kasus, PHK di perusahaan-perusahaan tersebut bermuara pada keputusan nekat yang dibuat oleh para CEO. Seperti Mark Zuckerberg di perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook, yang mengizinkan perekrutan besar-besar saat pandemi dan menginvestasikan miliaran dolar ke dalam metaverse-nya. 

Ketika itu terlihat hasilnya kurang menggembirakan, mereka melakukan PHK terhadap 11.000 pekerja. Demikian pula Tobi Ltke di Shopify, yang memberhentikan 1.000 orang berdasarkan taruhan pada masa depan e-commerce yang "tidak membuahkan hasil".

Image: PHK besar-besaran bukan berarti bisnis bangkrut (by Merza Gamal)
Image: PHK besar-besaran bukan berarti bisnis bangkrut (by Merza Gamal)

Perusahaan-perusahaan tersebut telah membuat kesalahan strategis yang serius. PHK tidak akan memecahkan masalah, dan tidak akan tiba-tiba membuat perusahaan lebih produktif atau meningkatkan produk mereka. 

Banyak dari raksasa teknologi tersebut yang masih sangat menguntungkan, sehingga mempermasalahkan kondisi ekonomi untuk melakukan PHK saat ini dipertanyakan berbagai pihak. 

Keuntungan Microsoft memang turun 12% pada kuartal terakhir tahun 2022 dari kuartal yang sama pada tahun 2021, tetapi mereka masih menghasilkan $16,4 miliar.

Demikian pula dengan Amazon yang menarik laba $2,8 miliar pada kuartal terakhir. Memang laba tersebut di bawah belanja online tertinggi selama pandemi, tetapi sejalan dengan rata-rata historisnya. Walau perusahaan tetap menghasilkan laba, namun perusahaan tetap berbalik arah dan mem-PHK 18.000 pekerjanya.

Dari kejadian-kejadian di atas, tampaknya ketika keuntungan atau bahkan keuntungan yang diproyeksikan di masa depan turun sedikit, perusahaan memilih untuk memberhentikan ribuan orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun