Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Langkah 2 Ulama Penggerak Indonesia; Memahami Perbedaan Menjunjung Persamaan

8 Februari 2023   10:25 Diperbarui: 8 Februari 2023   10:30 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Jejak Langkah 2 Ulama Penggerak Indonesia; Memahami Perbedaan Menjunjung Persamaan (by Merza Gamal)

Redaksi Kompasiana menawarkan Topik Pilihan (topil) "REFLEKSI 100 TAHUN NU DAN TANTANGAN KE DEPAN" kepada para Kompasianer untuk membagikan opini, cerita, serta harapan terkait hal topil tersebut di Kompasiana. Kakek Merza pun tertarik dengan topil tersebut, dan dengan segala keterbatasan ilmu di antara Kompasianer yang hebat-hebat dan diakui keberadaannya oleh sidang Admin Kompasiana yang terhormat.

Kakek Merza tertarik dengan eksistensi NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah (yang mencapai usia 1 abad pada tahun 2012 lalu) yang telah menyatukan Umat Islam dan Bangsa Indonesia dengan memahami perbedaan menjunjung persamaan.

NU (Nahdlatul Ulama) didirikan pada 16 Rajab 1344 Hijriah atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 Masehi di Surabaya. NU secara tahun hijriah sudah berusia 1 abad (100 tahun), dan secara kalender Masehi baru akan mencapai usia 1 abad pada 31 Januari 2026 atau 3 tahun yang akan datang.

NU memiliki sejarah yang panjang dan pengaruh kuat karena memiliki banyak pengikut di Indonesia. NU terbentuk atas nama kaum tradisionalis dalam menanggapi berbagai fenomena di dunia Islam yang ada di dalam maupun di luar negeri.

Titik awal sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama adalah dari pembentukan Komite Hijaz yang dibentuk oleh K.H Hasyim Asy'ari untuk dikirimkan ke Muktamar Dunia Islam yang bertujuan untuk melindungi kebebasan bermazhab dari kebijakan Raja Arab Saudi tentang mazhab. Pada masa itu, Raja Arab Saudi dari Dinasti Saud ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena makam tersebut menjadi tujuan ziarah banyak umat Muslim. Raja Arab Saudi waktu itu menganggap ziarah tersebut sebagai bid'ah. Raja Arab juga menerapkan kebijakan untuk menolak praktik mazhab dalam agama Islam, dan hanya menginginkan hanya mazhab Wahabi yang digunakan sebagai mazhab resmi kerajaan.

Rencana dari Raja Saud tersebut akhirnya di bawa ke Muktamar 'Alam Islami atau Muktamar Dunia Islam. Kebijakan Raja Arab Saudi ketika itu menjadi masalah karena ulama pesantren menganggap hal tersebut sebagai upaya memberangus tradisi dan budaya dalam Islam yang selama ini telah berkembang. Rencana Raja Saud tersebut dianggap dapat menjadi menjadi ancaman bagi peradaban Islam itu sendiri.

Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) adalah orang-orang hebat yang terdiri dari tiga orang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah terbentuknya NU. Ketiga orang tersebut adalah K.H Hasyim Asy'ari, K.H Abdul Wahab Chasbullah, dan K.H Bisri Syansuri. Pada awal pendiriannya, K.H Hasyim Asy'ari ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi pertama Nahdlatul Ulama atau disebut juga sebagai Rais Akbar. Kemudian, disusul oleh K.H Abdul Wahab sebagai Rais Aam Kedua, dan K.H Bisri Syansuri sebagai Rais Aam ketiga.

Image: Memahami perbedaan menjunjung persamaan (by Merza Gamal)
Image: Memahami perbedaan menjunjung persamaan (by Merza Gamal)

Sebelum NU resmi berdiri, di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Masehi telah lahir sebuah organisasi Islam lainnya, yaitu Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. Kata "Muhammadiyah" secara bahasa berarti "pengikut Nabi Muhammad" yang dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.

Kisah pendirian Muhammadiyah berawal ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, mulai menyemaikan benih pembaruan di Indonesia yang kala itu masih dikuasai oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.

Di samping itu, Kyai Haji Ahmad Dahlan belajar dan membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri beliau. Dengan demikian,  sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Ahmad Dahlan bukan malah menjadi konservatif, tetapi justru membawa ide dan gerakan pembaruan ke Tanah Air.

Sebenarnya, kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut, NU dan Muhammadiyah memiliki sejarah yang hampir bersinggungan. Pendiri dari Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dan pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari memiliki hubungan persahabatan yang erat. Sehingga, jika saat ini ada yang mempertentangkan keduanya, sebenarnya itu adalah upaya-upaya melemahkan persatuan Indonesia sebagai Sila ke-3 Pancasila.

NU dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia hingga saat ini sejak Indonesia belum merdeka. Jumlah anggota keduanya sangat besar, dan memiliki banyak cabang-cabang yang tersebar di seluruh penjuru negara ini, baik organisasi Muhammadiyah maupun NU. Kedua organisasi tersebut mempunyai peran penting dalam kehidupan politik serta proses demokratisasi pada era Reformasi di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kebijakan yang ditetapkan oleh keduanya dan memengaruhi kondisi masyarakat muslim di Indonesia.

Perbedaan NU dan Muhammadiyah bukanlah suatu perbedaan yang perlu dipertentangkan...!!!

NU dan Muhammadiyah memang mempunyai beberapa perbedaan atau distingsi terutama dalam pengamalan ibadah yang bersifat Furuiyah (cabang-cabang) dalam Islam. Perbedaan tersebut hanyalah masalah sudut pandang dan metode ijtihad yang dikembangkan oleh dua organisasi Islam tersebut. Efek yang terasa dalam perbedaan itu adalah ketika menentukan awal bulan Ramadan, Syawal, Zulhijjah dan sebagainya.

Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari. Kedua tokoh pendiri organisasi yang sekaligus merupakan tokoh pendiri bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan kolonila Belanda  merupakan representasi ulama Nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.

Perbedaan pendidikan dan pengalaman di antara keduanya menyebabkan NU dan Muhammadiyah menjadi dua organisasi yang sekilas tampak berbeda. Namun perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat prinsipil dalam aqidah Islam. Perbedaan NU dan Muhammadiyah tersebut masih berada dalam koridor toleransi dan tidak sampai menimbulkan konflik.

Namun, sejak terjadinya reformasi Indonesia setelah runtuhnya pemerintahan Orde Baru, ada yang kebablasan. Masyarakat Indonesia yang tadinya menjunjung tinggi azas "Bhineka Tunggal Ika" mulai terjebak oleh pihak-pihak yang suka mengadu domba dan sepertinya ingin Persatuan Indonesia sebagai sila ke- 3 Pancasila melemah, sehingga bangsa ini akan mudah dicabik-cabik. Demikian pula perbedaan NU dan Muhammadiyah yang bukan perbedaan prinsip, coba digoyang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Untunglah sebagian besar para Umat Islam yang berada di dua organisasi terbesar itu tidak goyah dengan tindakan-tindakan yang tidak bertanggungjawab tersebut. Untuk itu, dalam rangka memperingati 1 Abad Hijriah Nahdlatul Ulama, kita jadikan momen untuk semakin memperkuat Persatuan Indonesia dengan mengikuti Jejak Langka 2 Ulama Penggerak Indonesia dengan Memahami Perbedaan Menjunjung Persamaan.

Hiduplah Indonesia Raya...!!!

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun