Di samping itu, Kyai Haji Ahmad Dahlan belajar dan membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri beliau. Dengan demikian, Â sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Ahmad Dahlan bukan malah menjadi konservatif, tetapi justru membawa ide dan gerakan pembaruan ke Tanah Air.
Sebenarnya, kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut, NU dan Muhammadiyah memiliki sejarah yang hampir bersinggungan. Pendiri dari Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dan pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari memiliki hubungan persahabatan yang erat. Sehingga, jika saat ini ada yang mempertentangkan keduanya, sebenarnya itu adalah upaya-upaya melemahkan persatuan Indonesia sebagai Sila ke-3 Pancasila.
NU dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia hingga saat ini sejak Indonesia belum merdeka. Jumlah anggota keduanya sangat besar, dan memiliki banyak cabang-cabang yang tersebar di seluruh penjuru negara ini, baik organisasi Muhammadiyah maupun NU. Kedua organisasi tersebut mempunyai peran penting dalam kehidupan politik serta proses demokratisasi pada era Reformasi di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kebijakan yang ditetapkan oleh keduanya dan memengaruhi kondisi masyarakat muslim di Indonesia.
Perbedaan NU dan Muhammadiyah bukanlah suatu perbedaan yang perlu dipertentangkan...!!!
NU dan Muhammadiyah memang mempunyai beberapa perbedaan atau distingsi terutama dalam pengamalan ibadah yang bersifat Furuiyah (cabang-cabang) dalam Islam. Perbedaan tersebut hanyalah masalah sudut pandang dan metode ijtihad yang dikembangkan oleh dua organisasi Islam tersebut. Efek yang terasa dalam perbedaan itu adalah ketika menentukan awal bulan Ramadan, Syawal, Zulhijjah dan sebagainya.
Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari. Kedua tokoh pendiri organisasi yang sekaligus merupakan tokoh pendiri bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan kolonila Belanda  merupakan representasi ulama Nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
Perbedaan pendidikan dan pengalaman di antara keduanya menyebabkan NU dan Muhammadiyah menjadi dua organisasi yang sekilas tampak berbeda. Namun perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat prinsipil dalam aqidah Islam. Perbedaan NU dan Muhammadiyah tersebut masih berada dalam koridor toleransi dan tidak sampai menimbulkan konflik.
Namun, sejak terjadinya reformasi Indonesia setelah runtuhnya pemerintahan Orde Baru, ada yang kebablasan. Masyarakat Indonesia yang tadinya menjunjung tinggi azas "Bhineka Tunggal Ika" mulai terjebak oleh pihak-pihak yang suka mengadu domba dan sepertinya ingin Persatuan Indonesia sebagai sila ke- 3 Pancasila melemah, sehingga bangsa ini akan mudah dicabik-cabik. Demikian pula perbedaan NU dan Muhammadiyah yang bukan perbedaan prinsip, coba digoyang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Untunglah sebagian besar para Umat Islam yang berada di dua organisasi terbesar itu tidak goyah dengan tindakan-tindakan yang tidak bertanggungjawab tersebut. Untuk itu, dalam rangka memperingati 1 Abad Hijriah Nahdlatul Ulama, kita jadikan momen untuk semakin memperkuat Persatuan Indonesia dengan mengikuti Jejak Langka 2 Ulama Penggerak Indonesia dengan Memahami Perbedaan Menjunjung Persamaan.
Hiduplah Indonesia Raya...!!!
Terus Semangat!!!