Alhamdulillah pada akhir tahun 2017, darah dan tubuh istri saya dinyatakan benar-benar bersih dari sel ca. Namun demikan, harus tetap menjaga pola hidup sehat selamanya untuk melewati masa kritis 5 tahun pada tahun 2020. Dan, alhamdulillah masa kirits 5 tahun itu pun terlewati. Â
Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kesehatan istri saya hingga hari akhir tiba. Masa-masa kritis dari sisi kedokteran telah terlewati. Masa kritis pertama terlewati melalui operasi mastektomi dan 8 kali kemoterapi serta 2 kali Pet Scan. Masa kritis dua tahun juga telah terlewati. Dan masa kritis puncak lima tahun juga telah terlewati dalam ridha dan berkah Allah.
Anak-anak pun sekarang sudah besar. Si sulung sudah hampir 4 tahun (2019) telah menyelesaikan kuliah  S1 di bidang Event Management dan memiliki Certified Event Organiser Qualification dari Kingdom OM Event United Industry Academy yang berlaku untuk wilayah Asia Pacific. Dia juga sempat menjadi Staf Tenaga Ahli Muda di sebuah Kementerian dengan status Pegawai Pemerintah Non ASN selama 2 tahun lebih, dan kemudian memilih untuk berbisnis bersama teman-teman kuliahnya karena tidak merasa cocok menjadi orang pemerintahan. Si Tengah yang saat itu baru SMP, sekarang sedang menyelesaikan tugas akhir di bidang studi Teknik Lingkungan. Sementara si bungsu pun sudah menjadi mahasiswi Psikologi.
Dari pengalaman kami menghadapi vonis kanker stadium lanjut pada istri saya dan prediksi dokter bahwa usianya hanya akan bertahan 3-6 bulan jika tidak dilakukan tindakan segera, telah memberikan banyak pelajaran tentang kehidupan. Pertama, bahwa batas usia sepenuhnya adalah kewenangan Allah Sang Maha Kuasa. Kedua, kesabaran dan ketawakalan akan membawa kehidupan kita lebih baik. Ketiga, keluarga penyitas kanker harus mampu memberikan semangat dalam perjuangan yang sedang dijalankan.
Oleh karena itu, sebagai keluarga atau pun orang dekat dengan penyitas kanker, janganlah kita malah menambah beban pikiran kepada si penyitas. Sebagai pasangan janganlah kita malah mencari masalah dan melupakan kesetiaan yang sudah kita ikrarkan di hari pernikahana kita. Jangan tinggalkan pasangan kita saat dia berjuang sendirian dengan alasan kita tidak mendapatkan kebutuhan rohani sebagai pasangan, apalagi hanya masalah seksual.
Selain itu, kita sebagai pasangan, perlu memberikan pengertian  kepada para sanak saudara dan handai taulan yang ingin berkunjung untuk tidak membawa berita kesedihan di depan si penyitas kanker. Jangan malah bercerita tentang kegagalan pengobatan orang lain saat berkunjung. Dan juga jangan memberikan aneka saran yang malah membingungkan si penyitas dan keluarganya. Semakin banyak usul dan saran bukan semakin baik, tetapi malah semakin membingungkan dan menjadi beban pikiran si penyitas dan keluarganya.
Alhamdulillah, saat ini istri saya dalam keadaan sehat walafiat. Dan kami sering memberikan motivasi kepada orang-orang yang divonis kanker oleh dokter untuk tidak menyerah dan menganggap itu adalah bukan akhir kehidupan. Awal dan akhir kehidupan seorang manusia adalah hak preogratif Allah Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa. Oleh karena jangan berputus asa menerima vonis dokter berdasarkan  ilmu yang mereka miliki.
Namun demikian, bukan berarti kita tidak melakukan ikhtiar apa pun. Teruslah menjalankan pengobatan sebagaimana yang dianjurkan oleh para ahli kedokteran. Dan, sertai doa yang tulus kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Lalu, serahkan semua keputusan terbaik di tanganNya.
Semoga pengalaman saya dalam menghadapi vonis kanker stadium lanjut pada pasangan saya hampir sepuluh tahun silam, bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita dalam nikmat karuniaNya...