Kemudian, saya dan istri saya pulang satu mobil ke rumah, dan saya menyampaikan ke tim saya bahwa saya tidak kembali ke kantor dari RSK Dharmais.
Di mobil sms berseliweran masuk ke HP saya. Dan saya hanya bisa menyampaikan pesan yang sudah saya copy paste bahwa saya masih bersama istri yang tidak mungkin akan mendengar percakapan kita tentang kondisi dia yang sebenarnya.
Sesampai di rumah, istri saya masuk kamar, dan dia pun menangis dan meminta saya jangan masuk kamar dulu. Namun itu tidak lama, istri saya segera shalat. Dan setelah itu dia dengan tegar berkata bahwa dia siap melakukan apa pun agar bisa terus mendampingi anak-anak hingga dewasa. Perasaan sangat kecut walau saya berusaha tegar.
Untuk menjawab sms kakak-kakak istri saya yang ingin berbicara dengan saya perihal kondisi istri saya, saya pun berbohong kepada istri saya bahwa sore ini saya ada meeting dan saya akan ke cabang yang dekat dengan rumah saya untuk menggunakan peralatan video conference yang ada di cabang tersebut. Padahal saya hanya keluar dari cluster perumahaan dan parkir di kawasan niaga tidak jauh dari cluster perumahan kami.
Saya mencoba menjelaskan apa yang terjadi dengan istri saya, tetapi tidak terbuka semuanya. Saya hanya menyampaikan bahwa istri saya positif kanker dan harus segera dioperasi.
Respons yang berbeda-beda saya dapatkan dari kakak-kakaknya. Ada yang setuju dengan pendapat dokter untuk segera dioperasi. Ada yang mengusulkan untuk dibawa ke Singapura. Ada yang mengusulkan dibawa ke China. Dan, ada pula yang mengusulkan ke alternatif dulu.
Mendapatkan respons yang berbagai macam, sempat membuat saya bingung. Semuanya memberikan alasan dan argumentasi masing-masing.
Namun akhirnya saya harus mengambil keputusan di antara kebingungan tersebut. Saya pun memantapkan diri untuk mengikuti advise tim Kesehatan yang menangani kasus istri saya. Artinya sebelum satu bulan istri saya harus udah bisa diopersai di RSK Dharmais. Dan, sebelumnya harus menjalankan serangkaian persiapan untuk siap dioperasi.
Setelah kembali ke rumah, anak-anak sudah kembali dari sekolahnya. Dan adik ipar saya yang menginap di rumah kami sepertinya sudah diintrogasi oleh anak sulung saya.
Mata adik ipar saya terlihat merah menahan kesedihan. Belum saya masuk rumah, si sulung sudah mencegat dan berkata, "Ayah, benarkah Bunda harus dioperasi segera?"