Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Saat Pasangan Hidup Divonis Kanker Stadium Lanjut

29 Januari 2023   17:40 Diperbarui: 20 Januari 2024   18:14 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara tugas saya di sebuah perbankan nasional mengharuskan saya setiap minggu melakukan perjalanan dinas ke luar Jakarta.

Saya mendengarkan vonis dokter di ruang yang terpisah dengan ruang pemeriksaan terakhir istri saya sebelum vonis itu keluar.

Saat saya menjemput istri saya ke ruangan periksa untuk pulang ke rumah, istri saya langsung memberondong dengan berbagai pertanyaan karena dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan dokter ketika pemeriksaan terhadap dirinya.

Seperti hari-hari pemeriksaan sebelumnya, saya dan istri bertemu di Rumah Sakit. Istri saya dari rumah dan saya dari kantor yang tidak begitu jauh dari rumah sakit, dan setelah dari rumah sakit biasanya, kami kembali berpisah, istri pulang ke rumah dan saya kembali ke kantor. Namun, hari itu saya tidak kembali ke kantor.

Saya mencoba perlahan untuk memberi keterangan kepada istri, dan berusaha bagaimana istri saya jangan sampai tahu bahwa dia sudah menjelang stadium IV dan perkiraan usianya hanya 3-6 bulan saja jika tidak segera operasi. Kebetulan hari itu, adik istri saya yang saat itu bertugas di Merauke datang ke Jakarta untuk menemani pemeriksaan terakhir kakaknya.

Sejak pemeriksaan yang hasilnya mengarah ke kanker, seluruh kakak dan adik istri mulai khawatir dan bergantian ikut menemani dalam serangkaian pemeriksaan selama lebih 2 pekan tersebut.

Sebelum saya bertemu istri saya setelah dari ruang tim kesehatan yang menangani kasus istri saya, saya pun berbicara dulu kepada adik istri saya.

Saya sampaikan bahwa kakaknya positif kanker dan harus segera dioperasi. Namun, saya tidak menyampaikan bahwa kondisinya sudah menjelang stadium IV dan perkiraan usianya hanya tinggal 3 bulan. Istri saya sama sekali tidak terlihat sakit secara fisik dari luar. Jadi, agak sulit bagi kami semua untuk menerima kenyataan ini.

Adik ipar saya langsung menangis sesegukan dan dia pun menelepon kakak-kakaknya memberitahukan keadaaan istri saya kepada mereka. Saya pun beranjak ke kamar periksa untuk menjemput istri pulang ke rumah.

Seperti saya sampaikan di atas, istri saya langsung memberondong saya dengan berbagai pertanyaan. Saya coba jelaskan dengan hati-hati bahwa dia harus segera dioperasi agar benjolan itu tidak berkembang. Saya menyampaikan bahwa itu hanya tumor yang kemungkinan bisa berkembang menjadi kanker sehingga perlu tindak segera agar tidak berkembang.

Namun demikian, istri saya juga merasakan bahwa saya menyembunyikan sesuatu kepada dia. Dan, istri saya berkata bahwa dia siap melakukan apa pun agar tetap sehat dan bisa mengasuh anak-anak hingga dewasa. Saya mencoba untuk terus terlihat tegar di depan istri saya dan juga di depan keluarga dan anak-anak saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun