Alhamdulillah, hari ini Allah menggenapkan usiaku 58 tahun Masehi atau tahun Syamsiah menurut ajaran agama yang kuyakini. Jika merujuk kepada kalender Qomariah atau yang dikenal sebagai Tahun Hijriah pada tanggal 25 Ramadhan nanti usiaku telah mencapai 60 tahun.
Banyak lika-liku hidup yang telah dilewati dan terlewati. Mulai dari berbagai kebahagiaan dari masa bayi hingga usia pensiunan kini bersama keluarga yang menyintai dan menyayangiku. Namun, sebagai manusia, seringkali rasa syukur atas segala karunia nikmat yang diberikan Allah terlewati begitu saja, sehingga rasa bahagia pun hilang di hati.
Sebaliknya, sedikit saja masalah karena hilangnya kesabaran seakan menjadi derita sepanjang hidup. Dan, merasa Tuhan tidak adil telah memberikan masalah dalam kehidupan ini, lalu seakan-akan lupa dengan sedemikian banyak nikmat yang telah dilimpahkanNya sepanjang masa.
Ya Allah, di hari kelahiranku ini, kusadari bahwa syukurku melangitpun tak tercapai karena kekufuran dan ketidaksabaranku menjalani hidup selama ini, padahal:
- Ketika hati sedang menangis hanya Engkau saja yang tahu betapa merananya diriku, tak mungkin yang lain tahu;
- Ketika orang-orang yang sebelumnya dekat meninggalkan aku sendiri terlunta-lunta, ketika dunia ini tak lagi simpati Kau tetap mendengar rintihanku di malam-malam sunyi;
- Ketika aku dalam kesusah-payahan seorang diri dihimpit beban derita dan fitnah, Kau beri aku kesabaran, pengalaman mengajari arti kematangan, lantas Kau membuka pintu hatiku untuk memberi kemaafan pada mereka yang pernah melukakanku dan pada mereka yang terus melukaiku;
- Ketika aku buntu keliru dengan masa depanku, Kau berikan aku kekuatan. Kau tunjukkan aku jalan peluang kedua yang sungguh bermakna sebagai penyuluh hidupku menebus usia yang terlewati sia-sia, mengganti semalam yang pergi, memperbaiki kelemahan diri, mempelajari pengajaran dari kesilapan yang menimbun kekecewaan dan dendam.
Ya Allah Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, rahmatMU tak terkira, syukurku melangit pun tak tercapai, sungguh aku rasa berdosa karena dulu sering terlalai dan melalaikan diri untuk dekat denganMu. Semoga penyesalanku Engkau terima...
Ya Allah, kini kusadari padaMu tempat ku menagih kasih, ketenangan kurasa mendekatiMu pada syahdunya malam yang terasa sunyi.
Kini usiaku sudah mendekati senja, banyak hal yang belum kusiapkan sebagai bekal kehidupan abadi setelah Malaikat Maut datang menjemput. Padahal, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas ra. Rasulullah SAW bersabda, "Malaikat Maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenungi wajah seseorang, didapati orang itu sedang bergelak-ketawa."
Mengapa aku tidak sadar dengan hakikat hadis tersebut dan selama ini lupa untuk mengingat mati. Padahal jika aku sadari bahwa satu hari ada 24 jam, dan satu jam ada 60 menit, yang artinya satu hari sama dengan 1.440 menit, maka jika aku bagi dengan 70 kali malaikat maut memperhatikan wajahku dalam sehari, maka  sang pencabut nyawa menziarahi aku setiap 21 menit.
Oleh karena itu Malaikat Izrail pun berkata, "Alangkah herannya aku melihat orang ini, padahal aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat bodoh dan bergelak ketawa."
Kelanjutan hadis tersebut menjelaskan bahwa seorang sahabat pun pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?"
Mendengar pertanyaan sahabat tersebut, Rasulullah SAW pun menjawab, "Dia yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut. Itulah orang yang paling cerdas." (HR Ibnu Majah, Thabrani)
 Berarti selama ini aku adalah orang yang tidak cerdas karena hanya asyik menikmati dunia dengan segala tipu dayanya sehingga sering jauh dari Allah. Padahal Dia telah mengingatkan, "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari -Ku." (QS 2:152)
Dan sebuah syair mengingatkanku hari ini, yang bisa jadi hari teakhir aku ada di dunia ini sebelum Malaikat Izrail datang benar-benar menjemputku:
Ajarlah jiwamu untuk terbang tinggi supaya ia benci sesuatu yang remeh,
Ajarlah jiwamu arti kemuliaan agar ia benci kehinaan,
Berilah peluang jiwamu merasai kelezatan rohani yang agung,
Niscaya ia bencikan kelezatan kecil yang sementara...
(Abd Wahab 'Azzam)
Semoga ke depan aku akan menjadi orang yang selalu bersyukur, dan tidak gampang mengeluh hingga kufur terhad apa segala nikmat karunia yang telah dilimpahkan Allah sepanjang hidupku yang mencapai 58 tahun hari ini. Dan, menikmati dalam rasa syukur bersama keluarga yang mencintai dan menyayangiku...
Terus Semangat!!!
Tetap Semangat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H