Tahun 2574 Kongzili baru saja masuk pada hari Minggu, tanggal 22 Januari yang lalu. Masyarakat Indonesia lebih mengenal tahun baru Kongzili sebagai Imlek. Perayaan tahun baru Imlek biasanya selama lima belas hari hingga bulan purnama tiba atauberakhir pada malam Cap Go Meh.
Di antara tanggal satu hingga tanggal lima belas, berbagai acara dan upacara dilakukan. Pada masyarakat Kepulauan Meranti-Riau ada sesuatu yang unik diselenggarakan masyarakat dalam rangka memeriahkan Tahun Baru Imlek.Â
Masyarakat Kepulauan Meranti, khususnya warga Kota Selatpanjang dan Kecamatan Tebingtinggi menyelenggarakan suatu festival yang unik, yaitu Festival Perang Air atau dikenal dengan Cian Cui. Festival ini biasanya dilakukan selama sepekan dari awal tahun hingga hari keenam.
Pada Festival Perang Air atau Cian Cui ini, kita harus siap berbasah-basah di jalan dan tidak boleh marah. Sepanjang jalan, baik yang sedang berjalan atau pun yang rumahnya di sepanjang jalan akan saling tembak-tembakan air. Tembak-tembakan air tersebut bisa menggunakan selang air ataupun senapan air.
Festival Perang Air ini karena pandemi Covid-19 tidak diselenggarakan sejak tahun 2020. Dan, tahun ini kembali dilaksanakan dan sangat ramai serta meriah. Banyak wisatawan yang sengaja datang ke Kota Selatpanjang-Riau untuk ikut menikmati Festival Perang Air atau Cian Sui tersebut. Para perantau pun pulang kampung ke Kepulauan Meranti untuk merayakan Tahun Baru Imlek serta menikmati suasana Cian Sui yang seru dan penuh keakraban.
Biasanya untuk menikmati Cian Cui, kita melintas menggunakan becak, lalu saling menyiram air, dengan menggunakan pistol air atau melempar kantong plastik atau balon yang berisi air. Dan, orang-orang yang berumah di sepanjang jalan yang dilalui akan membalas dengan selang air atau melemparkan air dari ember, baskon dan segala macam wadah lainnya.
Festival tahunan ini dipandang unik karena di dunia hanya dilaksanakan di dua negara, yakni di Thailand dengan sebutan Songkran, dan di Indonesia persisnya di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, yang dikenal dengan Cian Cui atau Festival Perang Air.
Menurut ceritanya, awal budaya Cian Sui ini adalah dahulu warga Tionghoa di Selatpanjang saling berkunjung ke rumah saudaranya saat Tahun Baru Imlek atau Sincia untuk bersilaturahmi dengan menggunakan becak kayuh roda tiga. Biasanya, dalam satu becak, selain kedua orang tua, juga ada anaknya-anaknya ikut bersilahturahmi.
Sebagaimana anak-anak, mereka senang bermain perang-perangan air menggunakan pistol air di jamannya. Setiap berpapasan antara becak satu dengan becak lainnya, anak-anak ini saling menembakkan pistol airnya satu dengan yang lainnya. Kemudian hari, ketika anak-anak ini besar, mereka tetap main tembak-tembakan air saat hari raya bersama warga tempatan. Sehingga akhirnya pun menjadi budaya yang dikenal dengan Festival Perang Air atau Cian Cui. (videonya di sini)
Uniknya, kebiasaan perang air di Kepulauan Meranti ini tidak hanya terjadi pada perayaan Tahun Baru Imlek saja, namun juga terjadi hari raya Idul Fitri. Pada dua perayaan hari besar tersebut, anak-anak Tionghoa selalu terlibat perang air dengan kawan-kawannya.
Tradisi perang air (cian cui) telah menjadi aset wisata Kepulauan Meranti dengan digelar sebagai festival selama sepekan. Banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Selatpanjang-Meranti saat Festival Perang Air yang berlangsung sejak hari pertama Tahun Baru Imlek hingga hari keenam bulan pertama tahun Kongzili. Festival Perang Air (Cian Sui) pun saat ini telah masuk dalam daftar agenda wisata Provinsi Riau.
Menarik bukan? Nah, apa yang unik dalam perayaan menyambut Tahun Baru Imlek di daerahmu? Ayo bagikan ceritamu di sini.
Terus Semangat!!!
Tetap Semangat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H