2. Ambition & Humility
Seorang leader haruslah mempunyai ambisi yang tinggi, mau bekerja keras dan mempunyai tenaga ekstra untuk men-support dan menularkannya kepada tim. Namun demikian, ambisi saja tidak akan membawa perusahaan menjadi the great company, sehingga seorang leader harus juga memiliki sikap rendah hati. Jadi, seorang leader merupakan seorang ambisius secara profesional tetapi tetap memiliki kepribadian yang rendah hati
3. Spirituality & Religious
Seorang spiritual leadership dapat memotivasi timnya dengan motivasi yang luar biasa, mereka menemukan esensi hidup sehingga dapat memaknai hidup. Mereka menjalankan ibadah keagamaannya bukan hanya sekedar menjadi ritual rutinitas saja.
4. Worker & Intellectual
Sebagai pemimpin, seorang leader harus selalu mengasah kemampuan dan mengembangkan keahlian untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Leader yang baik adalah seorang strong worker dan memiliki good intellectual.
Dengan memiliki keempat ciri di atas, seorang pemimpin bukan hanya good leader, tetapi bisa berkembang menjadi spiritual entrepreneur leader, yakni seorang pemimpin yang mampu menggerakkan organisasi dan individu untuk menciptakan dan memanfaatkan peluang meningkatkan kesejahteraan, didasari oleh rasa keterpanggilan (calling & transcendence), ingin bermanfaat bagi lingkungan (sense of community), dan ingin hidup bermakna. Spiritual dalam kepemimpinan adalah merasa terhubung dengan Tuhan Yang Maha Kuasa (transcendence), dan sadar sebagai hamba-Nya yang sedang diberlombakan di dalam menjalani peran mewakili Dia (meaning of life) di muka bumi untuk menebar rahmat dan manfaat bagi alam semesta (sense of community and universality). Sementara itu, entrepreneurial dalam kepemimpinan adalah mencari, mengevaluasi, dan mengeksploitasi peluang-peluang untuk mencapai pertumbuhan perusahaan dalam 5 (lima) dimensi, yaitu: agresif, proaktif, inovatif, berani dengan risiko terukur, dan otonom. (Hal ini akan Kakek Merza sampaikan di tulisan yang lain).
Momok resesi yang membayangi dan inflasi yang sangat tinggi, merupakan sesuatu yang sangat menakutkan bagi sebagian para eksekutif perusahaan. Kondisi ini akan menghadirkan tantangan yang  bagaimanapun merupakan tambahan dari gangguan yang ada dari pandemi dan gangguan rantai pasokan yang seringkali dipercepat oleh tren yang bertahan lama seperti digitalisasi, keberlanjutan, dan meningkatnya pengaruh konsumen.
Oleh karena itu, saat-saat menantang yang unik seperti saat ini juga membutuhkan pendekatan unik, bukan sekadar buku pedoman standar. Untuk itu dibutuhkan seorang pemimpin yang tidak cukup bekerja semata-mata secara kontrakrual, tetapi harus menjadi pemimpin transformational dengan memiliki kekuatan spiritual tinggi dan kemampuan entrepreneurial yang handal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H