Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Good Leader Tidak Cukup Lagi di Masa VUCA

17 Januari 2023   10:00 Diperbarui: 17 Januari 2023   11:25 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image:  Good leader harus diperkuat dengan kemampuan spiritualitas dan entrepreneurial pemimpin untuk menghadapi masa-masa VUCA (by Merza Gamal)

Dalam lingkungan yang bergejolak seperti yang terjadi pada beberapa tahun terakhir dan diperparah oleh pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai, membuat saat ini kita berada pada lingkungan bisnis yang semakin bergejolak, tidak pasti, kompleks, dan seringkali ambigu atau lebih dikenal dengan istilah VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous). Oleh karena itu, semakin penting disadari bahwa tujuan dan metrik organisasi terhubung dengan jelas sambil tetap dapat beradaptasi dengan perubahan eksternal.

Dalam menghadapi persaingan di masa VUCA, menjadi seorang Good Leader saja tidak cukup. Seorang pemimpin yang kuat adalah seorang Leader yang mampu menanamkan nilai-nilai spiritual dalam dirinya dan dalam kepemimpinannya. Lantas, mengapa spiritualitas dibutuhkan dalam kepemimpinan masa kini?

Istilah spiritualitas atau kerohanian tidak memiliki definisi yang pasti, meskipun para ilmuwan sosial telah menetapkan spiritualitas sebagai pencarian untuk yang dikaitkan dengan "kudus" di mana suatu yang "suci" secara luas didefinisikan sebagai sesuatu yang diatur terpisah dari umumnya dan pantas dihormati. Spiritualitas dapat dicari tidak hanya melalui agama-agama tradisional, tetapi juga melalui gerakan-gerakan seperti liberalisme, teologi feminis, dan politik hijau. Spiritualitas dapat juga dikaitkan dengan kesehatan mental, mengelola penyalahgunaan zat, fungsi perkawinan, pengasuhan, dan life skill. Hal-hal tersebut mengaitkan bahwa spiritualitas juga mengarahkan untuk menemukan tujuan dan makna hidup.

Pada berbagai korporasi global dan lembaga-lembaga besar dan terkemuka, dalam menghadapi masa-masa yang penuh tantangan seperti saat ini, mereka mengembangkan para manajernya tidak sekedar menjadi seorang good leader, tapi para manajer mereka diperkuat dengan spiritualitas dari dalam diri sang manajer, sehingga menjadi seorang "spiritual entrepreneur leader".

Spiritual entrepreneur leader adalah pemimpin yang mampu menggerakkan seluruh komponen organisasi, termasuk anggota tim sebagai aset terpenting, untuk merealisasikan setiap aspirasi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Spiritual entrepreneur leader juga merupakan pemimpin yang mampu menggerakkan organisasi dan individu untuk menciptakan dan memanfaatkan peluang meningkatkan kesejahteraan, didasari oleh rasa keterpanggilan, ingin bermanfaat bagi lingkungan, dan ingin hidup bermakna. Dan sebagai seorang pemimpin, dia merasa terhubung dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan sadar sebagai hamba-Nya yang sedang menjalankan amanah untuk menebar rahmat dan manfaat bagi alam semesta.

Banyak penelitian para pakar dari lembaga dan universitas terkemuka menyatakan bahwa ada hubungan antara kinerja dengan tingkat spiritual seseorang. Menurut para pakar tersebut, banyak perusahaan tidak kompetitif akibat penurunan moral dan disorientasi spiritual para insan perusahaannya (Lee and Zemke, 1993-TR; Leigh, 1997). Dan perlu disadari bahwa banyak Insan Perusahaan saat ini mencari pekerjaan yang menginspirasi dan bermakna (Mitroff & Denton, 1999 Sloan Management Review). Oleh karena itu, spiritualitas di tempat kerja menciptakan culture dimana Insan Perusahaan merasa senang dan berkinerja lebih baik (Neal et al, 2001 The Leadership Quarterly). Untuk itu, spiritualitas di tempat kerja mengintegrasikan pedoman-pedoman, rasa kebersamaan, dan totalitas kerja (Pandey et al, 2008-JOBE). Sehingga, para pemimpin perlu memahami bahwa spiritualitas penting untuk kinerja organisasi karena akan membuat insan perusahaan mencapai target dengan cepat dan efektif (Heaton et al., 2004).

Sebagai seorang pensiunan, Kakek Merza, sering diminta oleh beberapa perusahaan dan lembaga untuk sharing dan mendampingi pembangunan spiritual leadership di tempat mereka, terutama sejak pandemi global terjadi di akhir 2019 hingga saat ini (2023) yang belum kunjung usai dan ditambah dengan segala ketidakpastian (VUCA) dan kegamangan menghadapi depresi global tahun 2023.

Image:  Seorang manajer yang merupakan leader yang unggul harus memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang kuat (by Merza Gamal)
Image:  Seorang manajer yang merupakan leader yang unggul harus memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang kuat (by Merza Gamal)

Seorang manajer yang merupakan leader unggulan pada saat ini, harus memiliki ciri-ciri kepemimpinan sebagai berikut:

1. Competency & Integrity

Keahlian dan integritas adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Leader yang baik harus mempunyai keahlian dan penguasaan  terhadap tugas yang dilaksanakannya. Di samping itu, sebagai pemimpin juga harus mempunyai integritas yang tinggi. Kemampuan (keahlian) yang tidak diimbangi dengan integritas akan menjadi sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun