Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Model Operasi Baru SDM di Masa VUCA

6 Januari 2023   07:29 Diperbarui: 6 Januari 2023   07:42 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model Ulrich+ merupakan adaptasi dari model Ulrich klasik, dengan mitra bisnis SDM mengembangkan lonjakan fungsional dan mengambil alih tanggung jawab pelaksanaan dari pusat keunggulan (CoE= Centre of Excellence). CoE kemudian diperkecil menjadi tim ahli dan mitra bisnis SDM terpilih. Mereka didukung oleh layanan bisnis global dan memiliki tulang punggung operasi digital. Banyak CHRO (Direktur SDM) percaya bahwa model Ulrich klasik tidak mampu memecahkan tantangan SDM pada era VUCA saat ini, dengan mitra bisnis SDM yang tidak memiliki keterampilan dan waktu untuk mengikuti perkembangan SDM terkini. CoE yang tidak fleksibel membatasi reaksi yang gesit (agile), sementara batasan organisasi lainnya terus menjadi lebih berjarak. Bisnis multinasional dengan model bisnis yang matang dan stabil seringkali menjadi pihak yang mengalami hal yang kurang menguntungkan.

 Model Agile 

Model Agile membutuhkan lebih sedikit mitra bisnis SDM, dengan penekanan pada konseling manajemen puncak. Pada model agile ini, profesional CoE berfokus pada topik seperti data dan analitik, perencanaan tenaga kerja strategis, serta keragaman dan inklusi. Sumber daya yang dibebaskan dikumpulkan untuk mengimplementasikan proyek lintas fungsi. Direktur SDM yang menggunakan model operasi ini percaya bahwa SDM perlu berakselerasi untuk mengikuti peningkatan fokus pada eksekusi yang dipamerkan di sisi bisnis dan untuk mencegah SDM menghambat transformasi yang cepat.

Model EX-driven 

Model ini dimaksudkan untuk membantu Direktur SDM mendapatkan keunggulan kompetitif dengan menciptakan perjalanan EX (Employee Experience) kelas dunia. Mengutamakan EX berarti mengalokasikan sumber daya yang tidak proporsional ke dalam "momen yang penting". Misalnya, pakar SDM, TI, dan operasi dapat diberikan tanggung jawab penuh untuk bersama-sama merencanakan, mengembangkan, dan meluncurkan proses orientasi yang penting. Dengan menciptakan EX kelas dunia, SDM menjadi kekuatan pendorong dalam menjembatani silo lintas fungsi dan dalam mengatasi tambal sulam data dan proses yang terfragmentasi yang diderita banyak organisasi saat ini. Perusahaan yang menggunakan model ini sangat bergantung pada talenta terbaik mereka, dengan sejumlah kecil kompetensi yang jelas.

Model Leader-led

Dalam model Leader-led, Direktur SDM mentransisikan akuntabilitas SDM ke dalam sisi bisnis. Akuntabilitas tersebut termasuk untuk perekrutan, orientasi, dan anggaran pengembangan, sehingga memungkinkan manajer lini dengan perangkat SDM dan dukungan back-office. Pola dasar model Leader-led juga membutuhkan pilihan sulit tentang penghentian kebijakan SDM secara ketat yang tidak diwajibkan secara hukum. Perusahaan harus memberi manajer lini lebih banyak otonomi dalam keputusan akibat terlalu banyak pengawasan, waktu respons yang lambat, dan kurangnya ketajaman bisnis dalam SDM. Perusahaan yang mengeksplorasi pilihan model ini biasanya memiliki jumlah pekerja kerah putih yang tinggi, dengan fokus yang kuat pada penelitian dan pengembangan.

Model Machine Powered

Dengan model machine power, algoritme digunakan untuk memilih talent, menilai kebutuhan pengembangan individu, dan menganalisis akar penyebab ketidakhadiran dan pengurangan SDM. Model ini membuat profesional SDM bebas memberikan nasihat dan saran kepada insan perusahaan. Digitalisasi telah mengubah setiap aspek bisnis, termasuk SDM. Direktur SDM mencari cara untuk memanfaatkan kekuatan analitik mendalam, AI (Artificial Intelligence), dan pembelajaran mesin (Machine Learning) untuk hasil keputusan yang lebih baik. Organisasi yang bereksperimen dengan model ini adalah mereka yang mempekerjakan AI dalam jumlah besar, dan mengurangi peran manusia. Namun demikian, fungsi SDM di semua lini perusahaan ditantang untuk membangun keahlian analitik dan melatih kembali tenaga kerja mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun