Kesalahan Pertama, Â Manajer tidak secara rutin membahas kemajuan tujuan dan memberikan umpan balik kinerja.
Para insan perusahaan perlu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka di tempat kerja dan bagaimana kemajuan mereka. Strategi manajemen kinerja yang efektif, secara rutin menetapkan tujuan yang tepat, menyesuaikannya sesuai kebutuhan dan mencapai hasil yang diinginkan. Ketiadaan ritme kerja alami akan membuat anggota tim dengan cepat kehilangan kemampuan untuk memfokuskan upaya mereka. Akibatnya, mereka tidak akan memiliki pemahaman yang kuat tentang kinerja mereka atau persyaratan peran mereka.
Tidak sedikit perusahaan atau institusi yang berhenti meminta insan perusahaan untuk menetapkan tujuan atau tetap bertanggung jawab kepada mereka. Hal tersebut menunjukkan  bahwa praktik manajemen yang penting tergelincir dan keterlibatan insan perusahaan dalam bahaya.Â
Seringkali, sasaran ditetapkan secara serampangan dan jarang, sehingga terasa tidak relevan dalam pasar yang sangat terganggu dan terus berubah. Pada saat target tidak terasa penting atau bermakna, atau sekadar tidak ditinjau kembali lebih dari setahun sekali, maka insan perusahaan akan merasa kerja baik atau asal-alan akan sama saja.
Seorang manajer gagal melakukan percakapan yang sering dan bermakna tentang kemajuan pencapaian mereka akan membuat angota tim bertanya-tanya bagaimana keadaan mereka. Mereka merasa kehilangan kesempatan penting untuk merayakan kesuksesan, menyesuaikan prioritas, dan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu pencapaian kinerja.
Manajer yang seperti itu, tidak menyadari bahwa mereka melakukan pekerjaan yang buruk dalam mengklarifikasi ekspektasi dan prioritas. Oleh karena itu, mereka mempunyai peran sangat signifikan menghancurkan masa depan perusahaan.
Kesalahan Kedua, Manajer menahan pengembangan.
Pada saat-saat yang tidak pasti sejak terjadinya pandemi Covid-19, wajar saja jika kita menarik diri dari pembicaraan tentang masa depan. Sulit mengetahui apakah pasar bisa bertahan selama enam bulan ke depan, apalagi meramalkan untuk beberapa tahun ke depan. Namun, dari berbagai penelitian ditemukan bahwa perasaan Anda tentang perkembangan profesional dan masa depan Anda dalam suatu organisasi sangat memengaruhi kemungkinan Anda untuk bertahan.
Insan perusahaan sering mengharapkan manajer mereka memberikan peta jalan yang sempurna untuk karier mereka. Di lain sisi, seringkali manajer mengharapkan anggota tim yang memberi tahu mereka dengan tepat apa yang ingin mereka lakukan di masa depan. Manajer yang demikian akan mengalami kesulitan ketika mencoba menyelaraskan kemampuan dan pengalaman anggota dengan peluang potensial yang tersedia bagi mereka. Akhirnya, perusahaan menjadi tidak berkembang akibat keslahan para manajernya.
Kesalahan Ketiga, Manajer tidak cukup memberikan pengakuan individual.
Tidak sedikit organisasi yang terlalu bergantung pada acara dan tradisi, seperti penghargaan, sertifikat, dan upacara seremonial. Pengakuan tahunan atau triwulan sering terjadi, setelah para insan perusahaan melupakan apa yang telah mereka lakukan. Tradisi itu memang penting untuk menciptakan budaya pengakuan, namun bukan merupakan motivator psikologis terbaik untuk kinerja sehari-hari.