4. Teknologi: Dasar pertumbuhan;
5. Net zero: Tetap di jalur;
6. Membangun kembali pengalaman insan perusahaan.
Prioritas pertama adalah ketahanan. Ketahanan merupakan kata kunci perusahaan dan menjadi "otot" penting bagi perusahaan untuk beroperasi di dunia yang penuh gejolak dan gangguan. Perusahaan harus bergerak lebih cepat akibat pandemi, ditambah dengan gangguan inflasi, serta rantai pasokan (terutama sektor energi) yang terkuras. Akibat dari semua itu, perusahaan harus menerapkan kecepatan baru pada enam dimensi ketahanan, yaitu: keuangan, operasi, teknologi, organisasi, model bisnis, dan reputasi.
Prioritas kedua berpusat pada keberanian. Banyaknya indikator merah membuat banyak pemimpin bisnis melakukan langkah mundur, menunda beberapa inisiatif, dan mengurangi rencana pertumbuhan. Langkah-langkah tersebut justru membuat perusahaan akan semakin sulit. CEO dan perusahaan terbaik harus bertindak ambidextrous, yakni berhati-hati dalam mengelola sisi bawah sambil dengan berani mengejar sisi atas.
Prioritas ketiga, sebagai pemimpin harus memikirkan dekade berikutnya, bukan bulan depan dengan memacu organisasi untuk memikirkan kembali peluang dan mengatur ulang papan permainan strategis dalam menghadapi volatilitas saat ini. Bukan saatnya lagi untuk membandingkan kinerja organisasi dengan industri, tetapi mampu menemukan kembali industri baru.
CEO mampu menjelajah ke sektor yang sama sekali berbeda dan menganggap membangun bisnis sebagai tiga prioritas utama. Hal tersebut dimulai dengan menetapkan standar yang sangat tinggi (berpikir unicorn), dan kemudian melindungi bisnis baru dari bisnis seperti biasa. Membangun bisnis baru yang paling menjanjikan adalah teknologi hijau.
Penelitian McKinsey mengidentifikasi 11 bisnis berteknologi hijau dengan nilai kolektifnya bisa mencapai $12 triliun dalam beberapa tahun. Agar mampu mengklaim posisi terdepan, CEO perlu mengingat bahwa, di masa-masa terbatas modal saat ini, mereka memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan baru: mereka dapat memberikan bisnis baru dengan aset yang dibutuhkan untuk sukses.
Membangun bisnis baru pasti berarti teknologi baru dan lebih baik yang merupakan prioritas keempat CEO. Saat perusahaan mengejar peluang bisnis hijau baru, semua perusahaan non-teknologi yang melakukan perubahan akan menempatkan perangkat lunak (software) sebagai pusat bisnis mereka. Bagi perusahaan teknologi, mereka juga harus melakukannya untuk mendapatkan nilai maksimal dari transformasi digital mereka.
Hal tersebut di atas baru permulaan karena teknologi selalu berkembang dan menawarkan peluang baru bagi CEO yang ingin mengubah bisnis mereka ditambah dengan penetapan jalan menuju emisi net-zero pada November lalu di COP26 (Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021), sesuai janji para pemimpin bisnis untuk menargetkan hampir 90 persen penguranan emisi CO2, sehingga menjadi prioritas kelima CEO.
Prioritas kelima ini disertai ganguan akibat inflasi yang melonjak, perang di Eropa, kerawanan energi, dan potensi resesi global. Kondisi ini merupakan tantangan paling serius setidaknya dalam satu generasi. CEO harus mampu mengadaptasi, memitigasi, dan merajut konsep-konsep tujuan keberlanjutan, daya saing ekonomi, keterjangkauan, dan keamanan nasional untuk menjadi kendaraan yang bergerak dari nol menjadi nol bersih.