Makan malam ini adalah yang kedua selama aku di rumah keluarga Gustav. Jika malam sebelumnya suasana begitu hening karena masing-masing membawa perasaannya sendiri, maka malam ini suasana makan malamnya jauh berbeda.
Banyak cerita yang menghiasi dentang denting sendok garpu yang beradu irama dengan berbagai piring yang terhidang di atas meja. Papa masih menyisakan cerita tentang pertandingan laga Stuttgart dan FC Cologne di laga Bundesliga yang baru kami saksikan di TV. Papa pun bertanya padaku bagaimana liga sepakbola di Indonesia.
Aku menjawab bahwa ada dua liga yang berjalan beriringan di Indonesia saat ini sejak tahun tahun 1979. Sebelumnya hanya ada Kejuaraan PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) atau liga perserikatan yang telah diselenggarakan sejak tahun 1931 sebelum Indonesia merdeka dari pemerintahan kolonial. Perserikatan adalah klub sepakbola amatir yang dibentuk di suatu kota. Sedangkan liga yang satu lagi adalah Galatama yang merupakan laga untuk klub professional.
"Namun saat ini, Galatama kurang menarik karena tiadanya pemain yang benar-benar professional. Dulu sebelum tahun 1982, klub sepakbola yang bertanding di Galatama boleh merekrut pemain asing. Sejak dilarang, mutu liga Galatama juga menurun, bahkan sekarang banyak klub yang sudah berguguran," terangku bagai seorang pengamat bola professional.
Papa dan Gustav mengangguk-anggukan kepala, dan Papa terlihat penuh perhatian dengan ceritaku tentang sepakbola di Indonesia tanah airku. Mama pun meningkahi, "Papa jika sudah bicara sepakbola ngak bisa deh dihentikan," sambil mengunjukkan sepotong Chicken Schnitzel (menu ayam khas Jerman yang digoreng pipih dengan tepung roti ditambah mustard pedas) ke piring makanku.
Aku merasa semakin dekat dengan keluarga ini, walau hatiku tetap berusaha mengambil jarak bahwa sesungguhnya aku bukan keluarga kandung mereka.
Selesai makan, kami beranjak ke ruang keluarga, sembari menonton TV yang tersedia di ruangan tersebut. Di TV sedang ada pertunjukkan ABBA, group vocal dan band yang masih popular di dunia hingga awal dekade 90'an, meski mereka sudah lama eksis sejak awal 70'an. Kami ikut menikmati lagu-lagu ABBA dan terkadang ikut pula bersenandung mengikuti mereka menyanyikan lagu "Waterloo", "Mamma Mia", "Dancing Queen", "Chiquitita" dan "I Have a Dream". Nama ABBA adalah akronim dari huruf pertama keempat anggota grup band ini , yaitu Benny Andersson, Bjrn Ulvaeus, Agnetha Fltskog dan Anni-Frid Lyngstad.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan hampir jam sebelas malam. Kami pun mulai bersiap-siap untuk istirahat. Sebelum Papa melangkah ke kamarnya, dia berseru kepada Gustav, "besok pagi ajak Morgan sepedaan ke Lembah Neckar."
"Siap Papa, Gustav akan temani dan kawal anak kesayangangan Papa ini," kata Gustav diringi senyumnya yang menggoda Papa sambil memeluk pundakku.
Setelah di kamar, seperti biasa sebelum tidur, aku bebersih diri, dan berwudhu. Malam ini aku belum shalat maghrib dan isya. Lalu aku pun shalat dilanjutkan sedikt dzikir dan berdoa kepada Allah agar senatiasa memberikan yang terbaik dalam jalan kehidupanku. Dan, apap pun yang terjadi, sebagai hambaNya aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepadaNya.