Tanpa sadar, aku pun melakukan hal serupa kepada Mama. Gustav memperhatikan dengan seksama apa yang kulakukan. Terlihat wajah Mama begitu suka cita kuperlakukan seperti itu. "Au, Morgan ist wirklich ein Kind, das seine Eltern liebt. Mama ist sehr gerhrt von deinem Sohn," ujar Mama kepadaku. Walau pun aku tak mengerti sepenuhnya apa yang diucapkan Mama, tapi aku merasakan bahwa Mama sedang memujiku dengan rasa sayang seorang ibu.
"Ehm, Mama sudah ketemu anaknya yang satu, lupa dah sama anaknya yang lain," canda Gustav menanggapi kata-kata Mama.
Kata-kata demi kata mengalir, dan kemudian tanpa disadari muncul cerita tentang Papa. "Kalian berdua sangat mirip dengan Ayah kalian," ujar Mama.
Aku menjadi penasaran, dan teringat kata-kata Tante Nuniek ditelepon tadi bahwa aku sangat mirip Ayah dan tidak menyisakan raut wajah Ibu sedikitpun di wajahku.
Rasa penasaranku membuatku bertanya kepada Mama, "ketika Mama mencari saudara kembar Gustav dan tidak bertemu karena Ayah Gustav sudah tidak lagi di Heidelberg University, apakah Mama tidak mencari di keluarga Ayah Gustav?" Gustav menterjemahkan apa yang aku tanyakan kepada Mama dalam Bahasa Jerman agar Mama benar-benar mengerti dengan pertanyaanku.
Mama bercerita, bahwa Ayah Gustav, tidak punya keluarga lagi. Kedua orangtua Ayah Gustav telah meninggal saat perang dunia kedua. Orangtua Ayah Gustav tinggal provinsi Neumark di wilayah Timur Jerman. Ketika beberapa provinsi Jerman dikuasai oleh Soviet dan Polandia sekitar tahun 1939, sekitar 9 juta warga Jerman yang ada di wilayah timur diusir termasuk keluarga Ayah Gustav. Mereka mengungsi ke Berlin. Dalam pengungsian, kedua orangtuanya meninggal, dan Ayah Gustav menjadi yatim piatu saat masih kanak-kanak, dan kemudian di asuh oleh panti asuhan.
Pada menjelang akhir perang dunia kedua, tahun 1945, Berlin diserbu oleh tentara sekutu hinga kota Berlin lulu lantak. Ayah Gustav yang ketika itu baru tamat sekolah dasar bersama beberapa anak panti asuhan dibawa ke Heidelberg, dan melanjutkan sekolah menengah di sana hingga masuk Fakultas Kedokteran Heidelberg.
Oh, jadi Ayah Gustav adalah anak yatim piatu yang diasuh oleh panti asuhan. Pantas jika dia tidak memiliki keluarga.
Mama pun melanjutkan ceritanya, Mama bertemu Ayah Gustav pertama kali  di tahun 1962, saat Mama menjadi murid kelas terakhir sekolah menengah keperawatan. Saat itu, Ayah Gustav selaku dokter muda, sedang ditugaskan untuk membantu pendidikan medis di sekolah tersebut. Selanjutnya hubungan itu terjalin jadi hubungan cinta. Tak lama setelah Mama lulus sekolah menengah keperawatan di tahun 1963, mereka pun menikah, hingga tidak sampai setahun kemudian lahirlah Gustav dan Morgen, bayi kembar lelaki mereka pada tanggal 28 Juni 1964.
Ayah Gustav dan Morgen sangat sibuk, jarang di rumah, bahkan sering menginap di rumah sakit karena sibuk di lab selain sibuk sebagai dokter yang baru menyelesaikan pendidikan spesialis penyakit dalam. Mama merasa sendiri dan terbebani dengan mengasuh dua bayi kembar itu. Sementara, Mama lihat teman-teman seangkatannya sedang menikmati hari-hari mereka dengan riang gembira tanpa beban.
Merasa Ayah Gustav seperti tidak peduli dengan keluhan Mama, tetap saja sibuk dengan segala kegiatannya, membuat Mama berpikiran pendek, kabur ke rumah orangtua Mama di Stuttgart. Tak lama Ayah Gustav menyusul Mama  ke Stuttgart dan mengajak kembali ke Heidelberg, tapi Mama tidak mau, malah minta diceraikan, tak berapa lama kemudian mereka benar-benar bercerai.